"Sudah kubilang, menjalin hubungan dengan Idol itu sulit"
Mark. Hanya nama itu yang terlintas dalam otak Ten begitu mengetahui kabar kehamilan Senja. Kalau bukan Mark siapa lagi?
Bukankah Senja menyukai Mark dan sebaliknya?
Ten harus bertanggung jawab. Mark lebih dulu pergi. Tak mungkin Senja mengurus anaknya sendiri di usianya yang masih sangat muda. Dia pasti membutuhkan seorang pria yang berdiri disampingnya untuk membantu dan melindunginya.
Maafkan Ten. Kali ini dia benar benar harus mematahkan hati Sia dan merelakan karirnya. Wanita rapuh didepannya ini lebih membutuhkannya.
"Senja...." Panggil Ten dengan begitu lembut. Membuat Senja dengan sangat perlahan mendongak menatap kedua netra indah Ten. "Aku—aku yang akan bertanggung jawab. Aku akan menjadi ayah dari bayi yang ada disini" Ujar Ten sambil memegang perut rata Senja.
Tak ada alasan untuk Senja tidak menitikkan air mata. Ia benar benar kehilangan kata kata. Tuhan benar benar mengasihinya sehingga mengirim lelaki setulus Ten padanya. Entah kebaikan apa yang Senja lakukan di kehidupan sebelumnya sehingga dia bertemu dengan lelaki sebaik Ten.
"Kau tak perlu berpikir bagaimana cara mengatakannya pada orang tuamu karna aku sendiri yang akan melakukannya. Tak ada lagi yang perlu kau pikirkan. Kau harus kuat agar dia tetap sehat"
Senja menangis tergugu dalam pelukan Ten. Terus meramalkan kata terima kasih yang dijawab Ten dengan kecupan diatas kepala Senja.
***
Hari berlalu dengan begitu cepat. Seakan mengalir tanpa ada niat untuk menoleh kebelakang untuk mengulang sesuatu yang mungkin terlewatkan. Tentang Ten yang terlalu fokus pada Senja sehingga lupa kalau dia masih terikat dengan Sia.
Ten kebingungan. Kata apa yang harus dia ucapkan. Dia tak ingin menyakiti gadis yang amat dia cintai itu. Mengingat bagaimana bahagianya gadis itu ketika Ten ajak berkencan dengan cara yang tak biasa. Ia terkekeh mengingat secuil kenangan itu. Kenangan yang mungkin tak dapat terulang kembali.
Flashback on
"Sia"
"Sayaa!" Teriak Sia dari arah dapur.
"Dimana sandwich ku!"
"Sebentar!!"
Semenjak libur mereka para member dan manager mereka jarang ada di dorm. Membuat Ten merasa kesepian karna tak ada teman.
Oleh sebab itu dia memanggil Sia untuk datang dengan alasan ingin melakukan live dan membutuhkan Sia untuk mendandaninya. Bodohnya lagi gadis itu benar benar menurut dan tiba dalam waktu kurang dari 15 menit seperti apa yang Ten pinta walau dia tiba dengan keadaan berantakan dan nafas ngos-ngosan.
Wow!
"Ini dia" Sia meletakkan piring dimana terletak sandwich tebal diatasnya dan juga meletakkan segelas susu disamping piring itu.
"Bagus.sekarang bersihkan dorm ini. Aku tak mau melakukan live dalam keadaan ruangan yang tidak rapi"
"Tapi—
" Kau menolak perintahku? "
"Tidak"
Ten tersenyum tipis. Sia memang penurut. Ia bahkan tidak protes walau Ten suruh ini itu. Ten memakan sandwich nya sambil menonton Sia yang mondar mandir membereskan dorm.
"Sudah selesai! Silahkan lakukan livenya"
"Emm aku sudah tidak mood."
Ten menahan senyumnya kala melihat wajah Sia yang sudah memerah menahan kekesalan. Ingin sekali Ten tertawa terbahak-bahak tapi dia tahan.
"Ini" Ten memberikan sebuah botol Cola pada Senja.
Dengan kasar Sia meraih cola itu dan meneguknya. Begitu tegukan kedua, Sia membaca sebuah tulisan yang di tulis dengan spidol hitam.
Dikarenakan cola berwarna gelap jadi tulisan itu tersamarkan. Ketika Sia meminumnya barulah tulisan itu mulai terlihat.
'Apa kau lelah?'
Alis Sia bertautan. Ia minum kembali Cola itu untuk melihat tulisan apalagi yang akan dia temui.
'Jadilah milikku, maka aku akan menjadikanmu wanita paling beruntung di dunia"
Deg!
Dengan tangan gemetar Sia lanjut meminum cola.
'Aku-Ten Chittaphon Leechaiyaapornkul mengaku telah jatuh cinta padamu.'
'Mau kah kau menjadi nyonya Leechaiyaapornkul?'
Flashback off
Ten tertawa pelan. Mengingat bagaimana ekspresi terkejut Sia dan bagaimana wanita itu berteriak kalau dia bersedia. Baru satu bulan dan sekarang Ten harus mengakhirinya.
Menunda berarti Ten akan memberikan luka yang lebih mendalam pada Sia.
Sia hanya bisa duduk termenung. Menikmati secangkir kopi pahit yang sebenarnya sangat dia benci. Dia merasa kalau kopi pahit itu benar benar sama dengan dirinya.
Elok rupanya tapi pahit rasanya. Seperti hubungannya dengan Ten. Sangat elok dimana orang merasa Sia adalah gadis paling beruntung di dunia karna menjalin hubungan dengan Idol papan atas bernama Ten. Tanpa mereka tahu kalau yang sebenarnya hanyalah pahit.
Sia memulainya hanya untuk mendapatkan luka dan Ten mengencaninyahanya untuk memberi luka.
"Sudah aku bilang, menjalin hubungan dengan Idol itu sulit"
Sia tertawa tanpa suara. Kedua matanya menatap kedua netra Romeo. Lelaki yang berprofesi sebagai staff properti yang selama ini sudah menjadi sahabat Sia.
Lelaki itu baru saja mengucapkan sebuah kalimat yang sudah beratus kali diulang ulang tapi tak dipedulikan Sia. Kini ketika menyadarinya Sia hanya tertawa sambil menangis.
Menertawai kebodohannya dan menangisi cintanya.
:
"Hai"
Gedung SM menjadi lokasi bertemu Ten dan Sia. Tepatnya di lift keduanya bertemu. Sangat canggung seolah olah mereka mantan kekasih yang baru bertemu setelah beberapa bulan.
Apa mereka sudah mantan kekasih?
"Kau ada jadwal hari ini?" Tanya Sia.
"Tidak"
Hening kembali melanda. Ten menatap ke atas pintu lift yang menampilkan lantai berapa mereka sekarang.
Tepat di lantai dua puluh tujuh Ten mengucapkan sebuah kata yang hanya bisa Sia jawab dengan senyuman.
Hanya saja Sia berharap agar Ten tidak mengucapkannya di lantai 27—tanggal jadian mereka.
"Aku akan menikah"
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT V [END]
Fanfic"Hari ini sulit. Dan aku yakin besok juga pasti lebih sulit" Sungchan menatap video yang dia rekam di ponselnya dengan berlinang air mata. Video bayinya yang masih ada diperut Senja ketika menemani istrinya itu periksa ke rumah sakit. Jantung Sungch...