it's not impossible

79 10 0
                                    

—James Arthur, Train Wreck—


Sungchan bersimpuh di samping ranjang mamanya. Memeluk mama erat dan tak ada niat sedikit pun untuk berhenti menangis.

"Su-Sungchan u-dah korbanin-semua buat Senja. Tapi-Tapi Senja-

Mama langsung membawa wajah Sungchan ke perutnya agar anaknya itu tak perlu mengucapkan kalimat yang akan semakin menyakiti dirinya.

Mama hanya bisa mengusap kepala Sungchan untuk menenangkannya.

Dia juga tak bisa menahan air matanya untuk tidak turun. Ibu mana yang tidak tega melihat anaknya menangis sesenggukan karna seorang wanita?

Keduanya larut dalam tangisan mereka. Tanpa ada niat untuk saling menenangkan.

Begitu malam tiba, Sungchan mendapat panggilan di ponselnya. Kecewa kala tahu orang itu bukan Senja. Melainkan Nata, pengembang rekomendasi dari Jaemin.

"Halo"

"Semuanya sudah selesai. Datang ke cafe X agar kita membahas apa yang kiranya kurang"

Sungchan berpamitan pada mamanya walau sempat dilarang. "Kamu istirahat dulu Sungchan"

"Nggak bisa ma. Sungchan udah janji sama diri Sungchan sendiri kalau Sungchan harus sukses secepatnya. Ini demi anak Sungchan di kandungan Senja. Juga agar Senja tahu kalau lelaki miskin ini juga bisa sukses"

Mama menggeleng kepala yang tak dihiraukan Sungchan. Ia takut anaknya itu akan menyimpan dendam pada istrinya sendiri.

***

Senja menatap langit-langit kamar rawat inap ya. Perkiraan dokter dia akan melahirkan besok atau lusa.

Pikiran Senja kosong walau ada Ten disampingnya. Ia malu pada Sia yang tadi datang membawa sepaket perlengkapan bayi sebagai hadiah untuk anak Senja walau bayi itu belum lahir.

Ia malu telah merusak hubungan Ten dan Sia. Ia malu telah merusak hubungannya dengan suaminya sendiri. Semoga saja anak dalam kandungannya tidak melihat apa yang dia lakukan. Senja tidak mau anaknya membencinya.

Sia yang dari toilet menghampiri Senja. Menatap perempuan yang tidur dengan tatapan kosong itu penuh kehangatan. Tidak ada aura permusuhan sama sekali. "Senja, aku boleh pinjam Ten bentar?"

Senja menatap Sia dengan tatapan bersalahnya. Lalu setelahnya ia mengangguk. Membawa Ten ke tempat sepi di rumah sakit agar tidak ada yang melihat mereka.

Sempat merutuk ketika sadar mereka ada di depan kamar jenazah. Tapi mau bagaimana lagi. Disini tempat paling sepi.

"Kamu benar-benar melakukannya" Sia tak dapat menahan air matanya. Ia merasa ada biji nangka yang tersangkut di tenggorokannya.

Ten menundukkan kepalanya. Ia tahu benar ini adalah salahnya. "Aku minta maaf" hanya itu yang bisa dia ucapkan.

"Aku minta kamu buat bantu ekonominya Ten. Bukan bantu mencintai istrinya"

Lagi lagi Ten hanya bisa meminta maaf. Menerima amukan Sia karna dia memang pantas mendapatkannya.
"Sekarang apa?"

"Kamu tanya sekarang apa? Kamu benar-benar mau mengakhiri hubungan denganku?" Sia tak menyangka. Bukannya memberi solusi atau menenangkannya lelaki itu malah membuatnya semakin pening.

Setelah perdebatan panjang mereka, Sia pergi dengan air matanya. Ten hanya bisa menatap kepergiannya.

"Lo kenapa jadi brengsek gini bang?" Dari cara bicaranya saja Ten tahu itu Renjun. Si lelaki savage yang asal nyerocos. Lihat kan? Dia tidak memikirkan kata kata yang dia ucapkan pada abangnya.

NCT V [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang