last episode

207 18 7
                                    

"Jung Sungchan!" Senja berteriak sambil mengejar bocah kecil yang tertawa girang dengan centong ditangannya. Mengerjai seorang wanita yang sudah letih mengejarnya.

Pada akhirnya Senja memilih duduk. Kakinya terasa sangat sakit. Jung Sungchan yang melihat ibundanya kelelahan juga ikut duduk di sampingnya.

"Ini buat bunda. Sungchan main dulu sama JaeJae. Nanti bunda jangan teriak ya." Sungchan membuka telapak tangan bundanya dan meletakkan centongnya disana. Barulah dia berlari dan mengunci pintu kamarnya.

Senja menatap kamar anaknya heran. Kira-kira apa rencana Sungchan? Biasanya kalau sudah masuk ke kamarnya apalagi dengan mengunci pintu, pasti ada sesuatu.

Plak!

Senja menepuk jidatnya sendiri. Ia lupa mematikan kompor!!!

"JUNG SUNGCHAN!!!!!"

***

Senja duduk diatas kasur Sungchan. Yang mana pemilik ranjang tengah duduk di kursi kecil menghadap sebuah kanvas berukuran sedang.

Senja menatap anaknya dengan senyuman bangga dan perihnya. Bocah yang masih berusia 5 tahun itu sangat mahir memainkan kuas cat dan sudah tertarik dengan banyak alat musik.

Senja menjadi teringat seseorang yang juga ahli di bidang melukis. Lelaki yang dulu sangat menyayanginya. Ah bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia masih sanggup menari ballet di atas panggung? Ah Senja tak bisa membayangkannya.

"Bunda, ini warna apa?" Sungchan yang tadinya fokus dengan kuas dan kanvasnya kini beralih menatap Senja. Dimana tangannya memegang sebotol cat berwarna biru.

"Itu biru sayang...." Jawab Senja lembut.

Sungchan mengangguk paham. Ia kembali fokus pada lukisannya. Lukisan dengan warna yang tak seharusnya.

"Bunda, Sungchan mau video call sama papa Jae" bajunya yang kotor karna cat yang ada dimana mana bahkan diwajah Sungchan.

Senja tersenyum manis lalu mengambil ponselnya. Menghubungi seseorang berharap dirinya tidak sedang sibuk. Jujur saja, dulu orang yang sedang dia telpon ini adalah orang yang dia segani karna jarang berbicara.

Sekarang malah Senja heran karna sifat pria itu berubah 180°.
Tak lama panggilan video mereka terhubung. Menampilkan seorang lelaki yang masih sangat tampan berbalut kaos tanpa lengan. Yang mana keringat membuat rambut dan beberapa bagian bajunya basah.

Sungchan segera merampas ponsel dari genggaman sang bunda dan membawanya berlari. Mengarahkannya tepat pada lukisannya. "Papa Jaemin lihat! Sungchan baru siap lukis! Cantik kan? Sungchan nggak tahu warna langit dan laut itu gimana. Jadi Sungchan buat jadi gelap dan terang." Cengir Sungchan kecil.

Jaemin menatap layar ponselnya dengan sendu. Menatap sendu seorang bocah kecil yang dengan bangga menunjukkan hasil lukisannya berupa laut berombak dan juga langit malam.

Walau bocah itu mengatakan lukisannya berwarna hitam putih, yang Jaemin lihat adalah laut berwarna merah bercampur ungu dan langit oranye dan hijau.

"Widih! Kamu keren banget! Kapan kapan ajarin Papa ya. Nanti papa jemput kamu biar kita sama-sama ke rumah papa." ujar Jaemin.

Sungchan mengangguk antusias. "Tapi sebelum kita kesana, papa harus ke sini dulu. Sungchan mau pamerin domba yang baru bunda belik buat Sungchan!"

Lama mereka berbicara. Jaemin yang dengan sabar mendengar semua celotehan Sungchan. Hingga akhirnya Sungchan menyerahkan ponsel yang masih terhubung panggilan dengan Jaemin pada Senja.

"Sungchan ngantuk" ucapnya lalu tidur disamping Senja masih dengan pakaian yang selalu dia pakai kalau ingin melukis. Senja menyiapkan sepasang baju yang akan selalu Sungchan pakai untuk melukis. Agar tak semua bajunya kotor karna cat.

"Jae, maaf ya. Aku udah berapa kali bilang sama Sungchan buat berhenti manggil papa tapi-"

"Senjaa...aku nggak papa kalau dipanggil papa sama Sungchan. Malah aku seneng. Pekerjaan aku buat aku susah buat bangun rumah tangga. Tapi kamu lihat kan? Aku punya anak tanpa harus nikah dan ngorbanin karir aku." Kekeh Jaemin.

Senja merasa hatinya tercubit. Walau tahu kalau Jaemin tidak ada niat untuk menyindirnya, tetap saja dia merasa tersindir.

"Ah maaf. Maksudku-"

"Tak apa. Aku paham" Senja segera memotong ucapan Jaemin. Lelaki itu sangat baik. Senja bahkan tak tahu harus dengan apa dia bisa mendeskripsikan sebaik apa lelaki bermarga na itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NCT V [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang