Sungchan berjalan seperti orang gila di jalan. Mana jalannya hutan lagi. Letih berjalan, Sungchan duduk dipinggir jalan. Mengambil buku catatannya dan membuat catatan fitur yang akan dia tambahkan di aplikasinya nanti. Begitupun nama perusahannya. Dia pikirkan semuanya.
Sungchan melihat sebuah mobil dari kejauhan. Ia segera berdiri dan melambaikan tangannya berharap mendapatkan tumpangan.
Nihil.
Mobil itu hanya melewatinya. Sungchan tak menyerah. Hingga matahari sudah berada tepat diatas kepalanya pun Sungchan masih seperti orang gila di pinggir jalan.
Bajunya sudah lusuh karna keringat dan dia duduk di jalan tanpa alas. Sesekali mengganti posisi duduk karna bokongnya panas disengat aspal panas.
Ia mendongak begitu sebuah mobil berhenti didepannya. Seorang lelaki keluar dari sana. Lelaki yang sukses membuat Sungchan terlihat bodoh. Sungchan hanya bisa menggaruk tengkuknya kalau sudah berhadapan dengan orang ini.
"Bersihkan pakaianmu dan masuk ke dalam mobil" ujar Jaemin dingin lalu masuk ke dalam mobil.
Sungchan segera menepuk-nepuk bajunya yang kotor. Barulah dia ikut masuk ke dalam mobil Jaemin. Ketika hendak masuk ke dalam mobil, Sungchan menghentikan tangannya di udara dan berbalik arah ke tempat dirinya tadi duduk. Sepatunya tadi dia gunakan sebagai alas duduk. Hampir saja ketinggalan.
"Sudah bertemu Taeyong?" Sindir Jaemin.
"Ah untungnya aku tidak bertemu dengannya. Dan malah bertemu denganmu lagi disini. Terimakasih sudah membawaku ke Busan. Sudah sangat lama aku tidak kesini. Terimakasih." Ia tersenyum lebar sampai giginya terlihat. Walau sebenarnya dalam hatinya sangat perih, tapi ia tidak boleh lemah!
Jaemin tersenyum padanya. Lelaki yang terkenal dengan senyuman indahnya itu balas tersenyum pada Sungchan. "Jadi kau ingin aku menjadi investor atau mentor mu?"
"Jadilah mentorku!"
"Jangan terlalu semangat, Sungchan-ah"
Sungchan pulang ke rumah dengan pakaian lusuh. Ah iya! Mobilnya sudah ia jual untuk menyambung rawat inap mama nya. Jadilah ia hanya menaiki bus.
Ia melihat Senja tengah menonton TV diruang tengah. "Hai" sapa wanitanya itu.
Sungchan balas tersenyum lalu tidur di atas paha gadis itu. Tubuhnya sangat lelah dan dia membutuhkan sedikit energi.
"Kau sudah memasak?" Tanya Sungchan. Dia belum makan siang DNA sekarang sudah pukul 5 sore.
Senja menggeleng. "Aku tidak memasak karna kak Ten sudah membawa makan malam untuk kita. Aku tahu kau pasti sangat suka!" Ujar Senja antusias.
Senyum Sungchan luntur. Apa-apaan lelaki itu. Sungchan tahu niatnya baik. Tapi yang dilakukan lelaki itu justru membuat Sungchan terlihat tidak mampu. Apalagi yang dibawakannya dalam jumlah besar.
Sungchan tersenyum perih. "Yaudah aku jemput Sinchan dulu ya"
Ia bangkit dan meninggalkan Senja yang kebingungan. Katanya lapar tapi malah pergi bukannya makan dulu. Biasanya juga dia jemput Sinchan jam 6.
Ah entahlah. Mungkin dia mau makan bersama. Pikir Senja.
Sungchan berjalan murung. Ia harus sukses secepatnya. Bagaimana pun caranya perusahaannya harus diluncurkan secepatnya.
Sungchan sampai di tempat penitipan anak. Dia masuk ke dalam dan melihat Sinchan yang tengah mempelajari ABC versi bahasa Indonesia. Sungchan menyuruh Sinchan belajar bahasa Indonesia karna Sungchan juga akan belajar. Agar ia bisa nyaman berbicara dengan orang tua Senja tanpa harus pakai penerjemah.

KAMU SEDANG MEMBACA
NCT V [END]
Fanfiction"Hari ini sulit. Dan aku yakin besok juga pasti lebih sulit" Sungchan menatap video yang dia rekam di ponselnya dengan berlinang air mata. Video bayinya yang masih ada diperut Senja ketika menemani istrinya itu periksa ke rumah sakit. Jantung Sungch...