Happy Reading!!!
.
.
.Arsel hanya memandang datar sesuatu yang kini berada di tangannya. Sebuah map yang berisiskan surat cerai lengkap dengan tanda tangan milik Hima, wanita yang berstatus sebagai istrinya satu tahun belakangan, ibu dari Mateo anaknya, seseorang yang dulu sangat mencintainya.
Arsel menoleh ke arah Gio, "Apa aku salah mengambil keputusan ini?" lelaki itu meminta persetujuan dari personal asistennya yang merangkap juga sebagai tangan kanan Bima Obrian, Papanya.
"Saya tidak mau ikut campur dengan urusan keluarga anda dan Bu Hima, ini semua keputusan Bapak."
"Sekarang kamu sangat formal denganku Gio. Apa karena Papa?" tanya Arsel.
Gio mengangguk, "Sepuluh menit lagi Bapak ada jadwal meeting bersama dirut Lion Hotel."
"Iya aku ingat." Arsel meraih bolpoin dan membubuhkan tanda tangannya, suatu hari akan tiba, hari di mana Hima akan menjadi mantan istrinya.
Hari di mana seorang Marselino Obrian akan merasakan menyesal karena menyianyiakan wanita yang amat mencintai dirinya. Wanita yang mendadak menjadi bodoh jika sudah dihadapkan oleh rasa cinta.
Rasa penyesalan akan datang diakhir sebagai peringatan bahwa ada sesuatu yang telah disia-siakan.
"Malam nanti aku akan pergi ke Darwin, Isla ulang tahun. Aku masih ingat saat ia memintaku dan Hima untuk merayakan ulang tahunnya di sana. Seharusnya Mateo adalah kado paling indah untuknya."
Gio hanya diam, sebagai lelaki yang belum menikah, ia tidak tahu harus berbuat apa. Namun karena sering melihat keluarga bosnya, Gio dapat menyimpulkan bahwa secinta apapun wanita terhadap laki-laki pujaanya, akan kalah jika telah berhadapan dengan penghianatan.
Sebagaimana Hima yang Gio tahu, model berdarah Indonesia-Jepang itu memutuskan untuk menyerah akan cintanya.
"Gio sudah transfer ke rekening Karin?" tanya Arsel memandangi aistennya. Ia membenarkan posisi duduk di kursi kebesarannya, menyerahkan map berwarna cokelat yang berstampel resmi itu kepada Gio.
"Sudah saya transfer seratus juta untuk biaya persalinan dan kebutuhan lainnya. Untuk kekurangannya Karin akan meminta langsung pada anda. Tapi Pak, maaf sebelumnya. Saya curiga dengan Karin akhir-akhir ini, apa Bapak juga merasa begitu?"
"Yah aku curiga dengan dia, tapi selagi dia tidak macam-macam semua fine-fine aja. By the way Kerja bagus. Sekarang kamu bisa serahkan map itu pada Hamis. Untuk persidangan aku tidak akan datang."
"Apakah anda yakin untuk berpisah dengan Ibu Hima, Pak?" tanya Gio serius.
"Yah yakin." Arsel melepaskan jas hitamnya, kemudian menggulung lengan kemeja hingga siku.
"Anda tidak akan berjuang mempertahankan rumah tangga anda? Kalau anda tidak datang dipersidangan maka keputusan penggugat pasti akan dikabulkan."
"Setelah perceraian ini, aku akan menikahi Karin. Lagi pula jika aku memaksakan, akan jadi apa Obrian Group nantinya? Aku ingatkan untuk jangan bermain-main dengan Hamis." putus Arsel yang membungkam Gio.
Gio hanya menghela napas panjang, padahal yang ia tahu memiliki pasangan seperti Himameswari adalah idaman bagi semua pria waras. Sedangan pria tidak waras ialah ia yang memilih meruntuhkan rumah tangganya sendiri demi perempuan yang tidak jelas.
"Yasudah saya permisi." Pamit Gio menunundukkan kepala sebagai rasa hormat.
***
"Kak Hamis udah kirim paketnya ke jasa ekspedisi?" tanya Hima setelah melihat sang Kakak yang berjalan memasuki kamarnya, lelaki itu mengambil alih Mateo dari gendongan Hima. "Udah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelakor Sosialita
RomanceHima seorang model kenamaan harus menelan pil pahit kala ia mengetahui jika sang suami Arsel masih berhubungan dengan pacarnya, Karin. Haruskah Hima bertahan? Atau melepaskan cinta pertamanya? Cerita ini adalah tentang hati yang harus memilih antara...