Unhappy Without You

13.1K 678 10
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.

Satu penghargaan telah terpajang di lemari kaca bersama penghargaan dan karya Hima yang lain. Hima tidak menyangka jika dirinya telah melangkah sejauh ini menjadi independen adalah suatu keputusan dalam diri.

Ia teringat perihal semalam Arsel yang dengan kalem menjawab satu persatu pertanyaan yang dilemparkan oleh awak media. Hima bahagia, jujur ia ingin Arselnya seperti ini hingga nanti. Selamanya. Hidup dengan Arsel menjadi pendamping adalah keinginan Hima sejak remaja ia juga tak tahu kenapa ia begitu mencintai Arsel.

Hima berharap dengan ini Arsel akan kembali padanya, melupakan Karin dan memutuskan hubungan keduanya yang sudah keterlaluan.

"Selamat ya ... Hima keren sekali tadi malam," puji Arsel.

Arsel memandangi lemari kaca yang dipenuhi dengan penghargaan seorang Himameswari yang tak lain adalah istrinya.

Dipandanginya Hima yang kini tertunduk malu. Arsel kembali mengingat momen kemarin malam saat ia tak sengaja menangkap rona merah pada pipi putih Hima.

Arsel sendiri tak percaya jika Himanya tersipu malu, hanya karena pertanyaan salah seorang jurnalistik model.

"Apakah anda bangga memiliki istri seperti Himameswari?"

"Saya bangga memilikinya, saya beruntung ... dia adalah perempuan yang baik juga cantik, saya sangat mencintainya."

Arsel menoleh pada Hima yang tersenyum ke arah kamera, rona merah amat kentara di pipi putih wanita itu.

Hima yang kini masih sama dengan Hima yang pria itu kenal sejak remaja, Hima masih mencintainya, seharusnya Arsel bersyukur memiliki perempuan yang masih mau memberi kesempatan kala kesalahannya sudah amat fatal. Perempuan mana yang tidak remuk hatinya saat suaminya berselingkuh?

Lampu menyorot pada Hima yang berdiri di tengah panggung, semua ruangan menjadi gelap. Arsel berdiri dan melangkah menuju di mana Hima berdiri, sebagai suami yang seharusnya menemani Hima.

Hima sendiri terkejut. Ia juga merasakan jika detak jantungnya sudah seperti trampolin.

Keduanya berdiri berdampingan bak pasangan idaman. Sangat cocok sekali jika dilihat. Tak henti Arsel menyunggingkan senyum setelah itu ia memangkas jarak yang ada, mendekatkan diri pada sang istri sembari merangkul pinggulnya.

"Cantik," bisik Arsel.

Hanya satu kata namun efeknya luar biasa. Arsel dapat melihat pipi Hima yang tercetak semburat merah. Banyak pengalaman mengenai perempuan membuat Arsel tahu, Himanya bukan sedang demam melainkan Himanya sedang tersipu malu.

Melihat Hima yang menunduk malu-malu membuat Arsel gemas sendiri. Menyenangkan.

Ini adalah kali pertama Arsel menampakkan dirinya di depan awak media. Meskipun acara penghargaan ini privat. Namun, Arsel tak menampik jika ada banyak lensa kamera yang menyorot dirinya. Ia akan melakukan sebaik mungkin. Demi Hima, juga ... demi nama baiknya.

Arsel ingin memperbaiki hubungannya dengan Hima terdengar tidak buruk bukan?

"Hari ini ada pemotretan?" tanya Arsel pada Hima yang sekarang berbalik menuju ruang makan. Arsel mengikuti wanita dengan pakaian tidur bermotif bunga sakura itu surai panjang berwarna cokelat itu dibiarkan tergerai.

Pelakor SosialitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang