Sayonara

9.6K 541 30
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.

Jakarta, Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

"Bu ... apa aku berangkat ntar pas Hima udah fit aja? Aku ke sini Hima masih di rumah sakit Bu ... ntar kalo bangun-bangun Nadta udah nggak di sini kasian Hima Bu."

Wanita paruh baya itu dapat menangkap jelas sirat kekhawatiran sang putra.

"Nadta ... Hima udah aman sama suaminya 'kan? Yang penting Hima udah tau kalau hari ini kamu berangkat. Nak ... udahlah," ucap wanita paruh baya menasihati anaknya, yang ditanggapi anggukan kepala oleh gadis dengan balutan hodie putih di sebelah kanannya, Sandra.

Semalaman lelaki jakung itu terjaga demi menemani Hima. Padahal ia tahu jika penerbangannya berangkat pagi hari, ia rela melakukan itu semua di atas nama persahabatan, Nadta khawatir jika hal buruk akan menimpa Hima. Lelaki itu ternyata terlalu takut jika sang wanita terluka. Sudah banyak penderitaan Hima  yang Nadta tahu, membuat lelaki itu enggan melihat tangis Hima lagi untuk kesekian kalinya.

Nadta melirik jam, lelaki itu bangkit dari posisi duduknya, "Masih ada empat puluh menit Bu, Nadta bakal---"

"Nadta Ya Allah Nak ...." Tangan sang Ibu mengapai lengan anaknya. "Satu langkah kamu pergi, Ibu pulang!" ancaman sang Ibu membuat Nadta berada pada pilihan yang sulit.

"Nadta," lirih wanita paruh baya itu merengkuh tubuh tegap sang anak, dapat ia rasakan deru napas tak teratur dari sang putra.

"Bu ... Nadta khawatir Bu ... Biarin Nadta lihat keadaan Hima sekali lagi," pinta Nadta memelas.

Hati wanita paruh baya itu terasa tergores, mendengar sang putra meminta dengan tulus. Namun, ia tahu membiarkan sang putra pergi sama saja membuat patah hati sang putra untuk yang kesekian kali.

"Iya Nak Ibu paham. Jangan bikin Ibu kecewa Ta ... tuh liat Sandra, kalau kamu ke rumah Hima terus kamu terlambat ke sini. Kasihan Sandra, dia jauh-jauh dari Surabaya ke Jakarta biar bisa berangkat bareng. Niat Sandra baik loh Nak ... kalian berdua ini bakal satu universitas, Sandra yang bakal banyak bantu kamu di sana," jelas sang Ibu kepada Nadta.

"Udahlah Nadta. Hima bakal baik-baik aja lagi pula dia kan udah punya suami yang bakal jagain dia dua puluh empat jam non stop," timpal Sandra.

Nadta menggeleng pelan, "Suami?hahaha." Lelaki itu tertawa sumbang, bagaimana bisa ia percaya kepada Arsel, jika pria itu saja dengan suka hati memainkan peran bak pria bajingan.

Wanita paruh baya itu mengeratkan pelukannya saat ia dapat merasakan sinyal buruk yang akan terjadi, "Sshttt ... udah, Ibu mohon. Kemarin lusa Sandra ke Semarang jemput Ibu.  Ibu pikir pas banget waktunya setelah kamu telepon Ibu bahwa kamu nggak jadi ke Semarang, alhasil Ibu sama Sandra yang ke Jakarta."

Sandra membantu Nadta untuk duduk di tempat semula, sepertinya lelaki itu masih belum bisa meredakan amarah? Ntahlah ... Sandra bingung kenapa mantan pacarnya waktu SMA ini terlihat sangat marah membahas suami Hima.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Sandra dalam hati. Pasalnya yang ia tahu Hima hidup dalam selimut kemewahan.

Apa yang tidak bisa model cantik itu dapatkan? Kehidupan Hima ini dapat Sandra ibaratkan paket komplit, ia telah punya suami mapan dan tampan, ia juga mempunyai orang tua yang mampu menghidupinya dengan layak secara finansial. Lantas apa yang harus dikhawatirkan? Batin Sandra bergejolak, opini-opini telah memenuhi kepala cantiknya.

Pelakor SosialitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang