Happy Reading!!!
.
.
."Eum ... Hima mau bakso," pinta Hima dengan tatapan memohon, mata itu berkedip-kedip membuat Wahyu pun tak bisa untuk tidak berucap "Ya"
"Bakso ya? Beli di Mamang- Mamang kan? Bukan buatan Malik?" tanya Wahyu hati-hati, ia berharap Hima menggeleng dan menjawab bukan.
"Nggak kok bukan buatan Malik, masakan Malik nggak enak, Hima kurang suka."
Wahyu menghembuskan napas panjang, ia benar-benar lega sekarang. "Alhamdulillah." Mengelus dada beberapa kali, mengucap syukur karena kali ini sang dedek bayi tidak minta aneh-aneh.
"Baksonya nggak sekarang kan?" Wahyu menoleh sekilas pada Hima, kemudian pada jam tangannya. "Belum pada buka kalo jam segini."
"Iya, nanti ke Mall ... mau belanja sekalian."
"Siap." Wahyu tersenyum, tangannya terulur mengorak-arik surai Hima.
"Ih ... tambah berantakan nanti!" Hima berdecak kesal, ia pura-pura cemberut, kedua tangannya bergelung di depan dada.
"Biarin, biar mirip singa. Singa betina! Rwarr!"
"Rwar!" Hima tak mau kalah, tangannya terulur mencubit pinggang Wahyu hingga lelaki itu pura-pura mengaduh kesakitan.
"Aw! Sakit Him." Wahyu menghindari Hima dengan berjalan zig-zag.
"Biarin! Wlee!" Hima menjulurkan lidahnya.
****
"Yu kayaknya ini bagus deh buat kamu. Kamu suka nggak?" Hima menunjuk salah satu kaos berwarna putih. Namun tidak ada respon dari empunya nama.
"Wahyu?" Tidak ada jawaban.
Hima meraih kaos tersebut dan berbalik badan.
"Yu yang ini mau?"
Cekrek!!!
Wahyu gelagapan karena kegap tengah memfoto Hima dengan ponselnya diam-diam.
Tentu saja Hima terkejut, ia bahkan siap berteriak karena difoto spontan oleh Wahyu.
"Bilang donk kalo mau foto," ucap Hima, perempuan itu pura-pura merajuk atas tindakan Wahyu tersebut, padahal ia suka.
"I'm sorry .... "
Wahyu malu sendiri, ia juga merasa bersalah karena itu."Yup! Foto bareng ya. Dikata kamu dua puluh emat jam sama aku tapi kan kita jarang foto." Hima mengembalikan kaos yang ia pegang tadi ke posisi semula. Mendekat ke arah Wahyu dengan membentuk jari berhuruf "V" di dekat mata kanan.
"Sekarang?" tanya Wahyu.
"Nggak tahun depan!" ketus Hima kesal.
"Di pelaminan?" Goda Wahyu.
Blush!!!
Bukan ... bukan Hima yang merona tapi Wahyu sendiri. Seperti boomerang, Wahyu sendiri yang baper tatkala Hima dengan polosnya menganggukkan kepala. Wahyu tahu jika itu hanyalah candaan semata, tapi dalam hati ia tetap aminkan.
"Pake ponselmu aja Yu," pinta Hima. Perempuan itu seperti tak bersalah karena telah membuat hati anak orang berdetak tak karuan.
Cekrek!!!
Satu foto selfie berhasil diabadikan. Hima dengan pose mengemaskan dan Wahyu dengan senyum pepsodent.
"Cute!" Puji Wahyu memperlihatkan hasil foto kepada Hima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelakor Sosialita
RomanceHima seorang model kenamaan harus menelan pil pahit kala ia mengetahui jika sang suami Arsel masih berhubungan dengan pacarnya, Karin. Haruskah Hima bertahan? Atau melepaskan cinta pertamanya? Cerita ini adalah tentang hati yang harus memilih antara...