Heartbreak!

12.9K 698 86
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.

Ting!

Bunyi gelas beradu dengan meja kaca memenuhi indera pendengaran, rupanya masalah ini bisa diselesaikan dengan cara baik-baik dibantu oleh mediator dan juru bicara yang telah ia sewa. Sebisa mungkin Arsel tidak akan melepaskan "kunci emas" ini.

Arsel kembali meminum cocktailnya yang kini tengah tersisa setengah gelas berbentuk berlian. Malam ini, ia ingin membuat perayaan kecil untuk dirinya sendiri karena telah mampu menyelesaikan satu masalah yang nyaris membuat gila seluruh karyawannya. Masalah terkendala izin dari proyek pembangunan hotel yang dihandle Arsel sendiri.

Ingatannya kembali pada sosok Hima yang sore tadi sempat meneleponnya, senang bukan main Arsel ia pikir Hima adalah jawaban yang ia jatuhkan atas pertanyaan yang sempat membuatnya stres berkepanjangan.

"Jawab pertanyaanku Sel. Jujur ... Aku mohon, jika aku berikan pilihan untukmu melepaskan Karin atau aku maka siapa yang kamu pilih dan siapa juga yang kamu pertahankan?"

Ah mengingatnya saja membuatnya pusing!

Tanpa ia tahu panggilan yang putus sepihak itu bisa jadi bom waktu untuk dirinya yang kapanpun bisa saja meledak. Arsel terlalu dangkal untuk berpikir jika wanitanya merupakan robot yang tak mempunyai perasaan, memaafkan itu memang mudah, mengikhlaskan itu lebih sulit. Mulut dapat saja berucap maaf namun perihal hati tidak ada yang bisa menjamin.

Arsel melangkahkan kakinya menuju jendela yang langsung menghubungkannya dengan jalan raya. Dari atas dapat ia lihat lalu lalang kendaraan dan gemerlap lampu jalan. Sudut bibirnya tertarik semesta seakan turut merayakan keberhasilannya hari ini terlihat dari banyaknya taburan bintang di langit, suasana tenang juga menentramkan.

Ia merogoh saku celana bahan yang dikenakannya mengambil benda tipis persegi panjang yang menampilkan sebuah notifikiasi pesan. Alisnya memicing saat menerima pesan dari ....

"Karin?"

Setelah membaca semua isi pesannya, Arsel meraih jaket kulit dan mengganti sendal dengan sepatu kets. Kini ia tengah bersiap menjemput ... Karin, yang membuat Arsel terkejut adalah Karin yang kini juga berada di Gianyar. Suatu kebetulan yang menguntungkan baginya. Jauh dari Hima, dan Yes! Di dekat ada Karin.

Lantunan musik mengiringi langkah lebar Arsel memasuki sebuah cafe, mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari sosok yang sudah menunggunya sejak 20 menit yang lalu.

Melihat kedatangan prianya, seorang perempuan dengan balutan mini dres berwarna salem berenda di lengan kanan dan kirinya berdiri bermaksud menyambut, mini dres dengan belahan dada yang rendah mengekspos bagian leher putih dengan tulang selangka yang membuatnya sedikit lebih errr ... sexy.

"Bagaimana penampilanku?" tanya wanita tersebut, melihat ekspresi prianya membuat ia sudah bisa menebak isi pikiran lelaki yang menjadi ayah dari bayi yang tengah bergelung nyaman di dalam rahim. Wanita itu menampilkan smirk saat melihat titik fokus pandangan netra berwarna cokelat terang itu.

Arsel melangkah pelan menuju meja paling ujung, melihat sosok wanita yang menyambutnya dengan hangat itu mampu membuat kedua sudut bibirnya tertarik, temaram lampu cafe membuat suasana menjadi lebih romantis.

"Absolutely beautiful." Kedua tangannya menggantung di udara, dengan gelengan kecil. Mengagumi ciptaan Tuhan di hadapannya.

Sebenarnya apa yang terjadi pada Arsel, bagaimana bisa ia melupakan Hima yang beberapa menit lalu mengisi semua pikirannya?

Tanpa sepengetahuan Arsel ada lensa kamera yang terus mengikuti arah kakinya, lelaki itu tengah sibuk mengagumi pahatan nyata karya sang pencipta. Setiap langkah yang Arsel ambil bisa menjadi ancaman untuk dirinya, ancaman sebuah kehilangan atau sebuah ... penyesalan mendalam.

Pelakor SosialitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang