Happy Reading!!!
.
.
."Cari yang memang bener pas Hamis, Papa tidak paham dengan itu semua." Aresrio nampak berpikir keras, ia mau guru yang membimbing anak perempuan satu-satunya adalah yang terbaik.
"Lulusan Al-ahzar Universty Pa, dia hafal quran dan ada beberapa prestasi dalam ajang internasional, gimana menurut Papa? Hamis udah baca proposalnya dan Hamis paling sreg sama yang ini."
"Dia nativ atau orang Indo?" tanya Aresrio, ia ikut bergabung dengan aktivitas Hamis yang tengah memindai layar lcd.
"Orang Bone, tapi udah netap di Jakarta."
"Papa setuju." Aresrio mengangguk mantap.
"Oke nanti Hamis kontak dia."
Dibalik sikap dingin Aresrio dan Hamis keduanya adalah lelaki paling peduli, terbukti dari perhatian kecil mereka kepada Hima yang telah memantapkan hati mengucap syahdat di Masjid An-Nur. Keduanya telah sepakat untuk mencarikan guru pembimbing untuk Hima, meskipun keduanya tahu itu bukan keahlian mereka, berbekal internet dan relasi yang keduanya punya, duo Aresrio itu dengan mudah menemukan guru yang siap untuk mengajari Hima. Pilihan keduanya jatuh pada CV lamaran dari Dian Ayu Maghribi perempuan berumur 24 tahun kelahiran Bone yang telah merampungkan pendidikan S2 di Universitas Al-ahzar, Mesir.
"Pa, kemarin Hima bilang sama Hamis. Dia merasa terganggu sama berita rumah tangganya."
Aresrio mengangguk paham, apa yang Hima rasakan adalah wajar. Apalagi berita keduanya telah memenuhi laman majalah bisnis. Hal itu juga tak luput dari pengamatan Aresrio.
"Setelah ini alihkan berita perselingkuhan anak Bima itu dengan berita baru. Papa nggak mau Hima jadi tertekan karena ini."
Hamis berdehem, sebelum menjawab ucapan sang Papa ia menyeruput teh buatan Bi Eli untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. "Siap Pa. Hamis juga sebenarnya tidak mau ambil langkah ini. Tapi sepertinya bajingan itu akan lebih baik jika diajak bermain terlebih dahulu. Hamis yakin, stres Hima waktu itu mungin juga karena Arsel."
Keduanya hanyut dalam obrolan menghiraukan Hima yang sejak tadi berdiri di ambang pintu.
Langkah kaki putih itu mendekati Kakak dan juga Papanya, ikut duduk di sebelah Hamis yang masih kosong. "Arigatou Papa, Hamis-nii."
[Terima kasih Papa, Kak Hamis]
Hamis dan Aresrio tersenyum penuh makna.
"Sudah rapi mau ke mana?" tanya Hamis pada Hima.
"Mau kumpul sama temen."
"Kakak anter ya?" tawar Hamis namun Hima menggeleng menolak.
"Dianter Pak Darmo."
Hamis mengulurkan tangannya mengusap kepala Hima. "Yaudah, hati-hati."
Hima mengangguk dan tersenyum tipis sebelum melenggang meninggalkan dua pria Aresrio.
***
CODA SQUAD
Menjadi nyonya dari pengusaha, serta lahir dan besar dari keluarga terpandang membuat circle pertemanan pun terlihat sama. Kata mewah mungkin selalu tersemat kepada mereka.
Catrina Colondam, Himameswari Obrian, Tia Darius, Mia Airlangga adalah satu paket nyonya sosialita muda yang menamai pertemanan mereka CODA squad, CODA adalah singkatan dari huruf pertama nama besar suami masing-masing. Meskipun hidup dengan cuan (baca : uang) yang banyak, tak ubahnya mereka menjadi sombong. Tidak ada yang menyangka pakaian yang mereka kenakan senilai dengan satu apartemen. Tidak ada yang mencolok selain label ternama di ujung pakaian masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelakor Sosialita
RomansaHima seorang model kenamaan harus menelan pil pahit kala ia mengetahui jika sang suami Arsel masih berhubungan dengan pacarnya, Karin. Haruskah Hima bertahan? Atau melepaskan cinta pertamanya? Cerita ini adalah tentang hati yang harus memilih antara...