Queen Isla

11.4K 593 18
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.

Malam semakin larut keheningan memenuhi ruangan, detakan bunyi jarum jam amat memekakkan telinga diiringi suara halilintar sebagai backsound menyedihkan,  hujan mengguyur bumi hari ini meratapi harapan besar yang kian pupus.

Masakan yang dibuat penuh cinta kini dingin tak tersentuh. 4 jam berlalu, Karin masih setia terduduk sendiri. Menatap pilu kursi kosong yang berada di depannya. Karin hanya akan berdiri jika ia ingin ke kamar kecil, senyuman itu perlahan luntur seiring waktu.

Pukul 22:15 sesakali Karin menyeka air matanya. Gemuruh di dalam dadanya seakan turut mewarnai malam ini. Ia tak leluasa untuk tidak mengeluarkan cairan liquid dari mata semuanya tampak seperti awang-awang nyatanya ia tidak bisa menjangkau sang bintang. Seharusnya ia sadar, tempat pulang Arsel adalah Hima bukan dirinya. Namun, apa ia salah untuk berharap? Apakah ia juga tak mempunyai hak bukankah Arsel selalu mendamba dirinya?

Karin Meremat gaun yang kini tengah dipakainya, gaun putih yang dipadukan dengan motif bunga berwarna merah yang sengaja ia siapkan untuk makan malam hari ini. Untuk dinner sepesial bersama yang terkasih.

Karin pikir malam ini akan menjadi malam yang sepesial bukan hanya untuk dirinya saja namun juga Arsel, ia berharap besar namun apalah daya semuanya kini terasa sia-sia.

Tubuh Karin merosot dapat ia rasakan dinginnya marmer menyentuh kulit putihnya. Terduduk pasrah, membenamkan muka diantara lutut. Isakan terdengar pilu seakan dapat menyayat hati siapa saja orang yang mendengarnya.

"Arsel ...." Panggil Karin, terdengar amat frustrasi. Sesekali ia menyeka air mata yang memaksa terus meluncur.

Di dalam hidup, akan selalu ada hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Hampir setiap orang pasti pernah bermimpi untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Namun terkadang kita harus lebih dulu berjuang untuk mewujudkan tujuan itu, begitu pun yang terjadi dengan Karin. Karin masih menyimpan harapan yang sedari lama ia genggam, satu harapan ataupun asa atas seorang pria yang telah menyentuh hatinya kian dalam. Hingga mungkin Karin adalah wujud budak cinta sesungguhnya.

Kita tidak pernah tahu, dengan siapa kita akan jatuh cinta. Bisakah kita berencana? Untuk dengan siapa kita jatuh cinta? Atau dengan siapa kita akan membenci?

Semuanya telah berlalu dan terjadi. Bolehkah ia berharap jika Arsel akan menjadi miliknya? Seutuhnya? Hanya ia yang mendapat gelar sebagai "istri" bukan Hima.

"Ya Tuhan ... apakah aku salah mencintainya?!"

Teriakan Karin menggema memenuhi sudut ruangan. Terdengar pilu. Diikuti suara gemuruh petir dan kilatan halilintar.

"Lihat Hima! Mungkin sekarang kau yang menang. Namun, akan kupastikan kebahagiaan yang kau rasakan. Hanya bersifat sementara. Aku akan menjadikan Arsel milikku. Seutuhnya untukku. Jikapun aku tidak akan bisa memiliki Arsel maka Arsel juga tidak akan kubiarkan memilikimu."

Katakan Karin egois. Namun, bayangkan saja jika kau berada di posisinya? Apa kau merasa bahagia? Atau was-was jika suatu hari akan ditelantarkan begitu saja.

***

Kedua makhluk berbeda kelamin itu pulas dengan tidurnya. Meresapi alam mimpi yang hanya Tuhan dan keduanya tahu. Film yang diputar untuk ditonton bersama, malah kini berbalik menonton keduanya yang terlelap. Suasana damai yang berbeda jauh dirasakan oleh wanita bernama Savkarina Lily.

"Engh," lenguhan pria blasteran saat mendengar suara nyaring yang memanggil namanya dan ketukan pintu kamar.

Ia melirik sekilas jam digital yang terletak di dinding kamar.

Pelakor SosialitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang