Happy Reading!!!
.
.
."Mama nggak setuju." Kalimat terakhir penutup telepon itu membuat Arsel kesal.
Mamanya Maria berterus terang tidak setuju dengan Karin. Lantas apa yang harus ia lakukan?
"Papa? Apa mungkin dia akan setuju? Sial! Kenapa susah sekali meminta restu dari kalian!"
Prang!!!
Minuman kaleng yang dipegangnya itu sukses menghantam batu.
"Aku harus bagaimana!"
Teriakan frustrasi Arsel menggema. Lelaki kelahiran Berlin itu terus mengeluarkan umpatan dari bibirnya yang terdengar sangat kasar.
Dapat dipastikan jika besok pagi ia akan kembali ke Jakarta, lagian di sini Himanya tidak akan kembali padanya, apa yang bisa ia harapkan lagi kecuali Karin.
Netra itu menoleh sekilas pada jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangan kanan. Pukul 4 dini hari, semalaman ia habiskan ke tempat hiburan, berharap apa yang ia alami sekarang segera menemui titik terang, jujur Arsel hampir gila karena ini.
Kepala itu mendongak menatap langit, "Terima kasih Him, maaf untuk semuanya ... kamu ingin surat cerai itu kan? Oke aku kabulkan, semoga setelah kau lepas dariku, Tuhan juga adil untukmu. Bahagia Him ... bahagia selalu."
***
"Bu ... Hima cantik ya," ucap Wahyu kepada Ibunya.
"Hima asli mana si?" tanya sang Ibu di seberang telepon.
Wahyu berdiri di balkon, sesekali ia menatap terangnya bulan kemudian kembali menatap layar ponsel yang menampilkan wajah sang Ibu, wajah teduh itu selalu membuatnya tenang. Waktu sudah menujukkan pukul 4 dini hari namun tak sedikitpun menjadi kendala keduanya melepas rindu. Anak dan ibu itu baru saja melakukan sholat malam, sembari menunggu waktu subuh keduanya berbincang via ponsel.
"Ibunya asli Jepang, Bapaknya asli Bali, lahir dan besar di Jakarta. Ibu tau kan kalau dia itu temen Wahyu pas kuliah? dia lo Bu yang sering bantu Wahyu dulu."
"Iya Ibu tau kan kamu sering cerita. Ibu mau tanya Yu kamu ini kerjanya tulus nggak?"
"Maksud Ibu gimana?"
Sang Ibu tau jika sang putera tengah jatuh cinta. Namun cinta macam apa ini? Mencintai majikan, mencintai istri orang? Cinta beda agama?
"Ibu tau kamu Yu, kamu seneng to sama Hima?"
[Ibu tau kamu Yu, kamu suka kan sama Hima?]
"Iyo Bu, Wahyu salah ... "
"Yu rungokke nek Ibu matur, kamu ini kan nduwe adi wedok. Hima juga sek bojone wong. Nek kamu pancen rak iso kandani, Ibu karo Caca seng loro ati."
[Yu dengarkan kalau Ibu ngomong, kamu ini punya adek perempuan. Hima juga masih jadi istri orang. Kalau kamu memang tidak bisa diatur, Ibu sama Caca yang sakit hati.]
Caca adalah adik perempuan Wahyu yang kini duduk di bangku SMA. Wahyu sangat menyayangi sang adik, terbukti dari biaya sekolah Caca selama ini adalah hasil dari kerja keras Wahyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelakor Sosialita
RomanceHima seorang model kenamaan harus menelan pil pahit kala ia mengetahui jika sang suami Arsel masih berhubungan dengan pacarnya, Karin. Haruskah Hima bertahan? Atau melepaskan cinta pertamanya? Cerita ini adalah tentang hati yang harus memilih antara...