Happy Reading!!!
.
.
.Hima memberikan botol minum kepada pemiliknya setelah meneguknya beberapa tegukan, "Terima kasih ya."
"Iya Mbak, sama-sama."
Sesekali Hima mengelap keningnya yang berkeringat dengan punggung tangan, ia memperhatikan perempuan yang membantunya dengan saksama dari ujung kepala hingga kaki yang di balut dengan kaos kaki berwarna senada dengan gamis yang dipakai, Hima yakin perempuan ini baik, Hima dapat merasakan kehangatan ketika perempuan di hadapannya ini membantunya tadi.
"Mbak mau ke mana?" tanya perempuan itu lembut, merangkul Hima yang terlihat ling-lung. Hima berjalan tak tentu arah bak kapal yang ditinggal sang nahkoda di tengah lautan, dapat dipastikan tubuhnya jatuh dan menghantam kerasnya aspal sebelum seseorang di hadapannya ini menolongnya.
"Umm?" Hima menggeleng tak mengerti sebenarnya ia akan ke mana, perempuan itu hanya menuruti langkah kakinya yang membawanya ke sini.
Kedua perempuan yang masih tak mengenal nama satu sama lain itu terlihat akrab, Hima yang memang mudah bergaul juga perempuan yang membantunya itu sangat ramah.
"Saya mau ke kajian di sana," ucap perempuan itu lembut.
"Iya aku juga mau ke sana," ucap Hima begitu saja.
"Wah benarkah?"
"Iya di sana orangnya ramah, aku gugup karena nggak tau bener apa engga jalannya, biasanya sih aku dianter sama saudaraku," ucap Hima. Jelas itu tidak sesuai dengan fakta yang ada, namun entah mengapa kata-kata itu yang dengan mudah keluar dari mulutnya.
Perempuan berhijab kuning pastel itu mengangguk paham, " Sebenernya sih ini baru pertama kali saya ke sini, beruntung banget ketemu sama Mbak. Kita bisa barengan ke sananya, ayo! Mbak nanti telat. Pengisi kajian udah dateng." Perempuan itu mengulurkan tangannya, membantu Hima bangkit dari posisi duduk. Selama perjalanan keduanya saling berbincang-bincang, membicarakan tentang kajian.
"Oh jadi Mbak udah cukup lama ya bergabung?"
Hima hanya mengangguk, tersenyum tipis sebagai tanggapan, kakinya menuntunnya mengikuti perempuan pemilik lesung pipi itu sampai ....
"Eh?" Hima menyapukan pandangan, ia tertegun sesaat membaca plang di depan bangunan tempat orang muslim beribadah.
Masjid An-Nur
Ujung bibir itu tertarik membentuk sabit. Pikirannya berputar pada beberapa bulan lalu, tepatnya pada bulan April saat ia mengisi acara seminar di Surabaya.
Masjid An-Nur mengingatkan ia tentang komunitas An-Nur yang bergerak di bidang pendidikan bagi anak-anak yang hidupnya kurang beruntung.Hima teringat Malik dan teman-temannya yang mempunyai sifat peduli terhadap lingkungan sekitar. Remaja-remaja yang tak ingin aset bangsa buta aksara.
"Mbak mari mari ... jangan malu-malu. Saya harusnya yang malu karena baru pertama kali ikut kajian di sini."
Perempuan itu kembali tersenyum memperlihatkan lesung pipi yang membuatnya menawan, tangannya terulur menarik jemari Hima yang berada di depan perut saling meremas karena gugup.
"Mbak kita belum kenalan, nama saya Kayla."
"Hima," jawab Hima kaku.
"Mbak nggak pake hijab?" tanya perempuan bernama Kayla itu. Melihat Hima yang tak kunjung menjawab Kayla merasa bersalah, mungkin saja perempuan di hadapannya memang belum mengenakan hijab bisa jadi bukan? Kayla merutuki pertanyaannya sendiri takut membuat Hima tersinggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelakor Sosialita
RomansaHima seorang model kenamaan harus menelan pil pahit kala ia mengetahui jika sang suami Arsel masih berhubungan dengan pacarnya, Karin. Haruskah Hima bertahan? Atau melepaskan cinta pertamanya? Cerita ini adalah tentang hati yang harus memilih antara...