Quality Time

9.4K 519 7
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.

"Ayo kalian berdua berpose biar aku potret." Arsel mengangkat kamera Phase One XF 100mp miliknya mengatur cahaya yang pas kemudian membidik momen kebersamaan antara adik perempuan dan istrinya.

"Wih ... kamera baru nih," ucap Isla meyenggol lengan Arsel.

"Sok tau," cibir Arsel. Ia juga menjulurkan lidahnya. Arsel tahu ujung-ujungnya Isla juga ingin dibelikan.

Kedua perempuan yang sedang berfoto di pelataran GBK itu mengundang banyak mata untuk menyorot keduanya. Tak heran, karena memang keduanya lebih menonjol, terlebih Isla dengan garis wajah bule yang amat kental ditambah rambut blonde dari berbagai pengunjung rambut hitam, maka Isla yang paling menjadi sorotan. Isla sendiri tidak mempedulikan hal tersebut karena memang ia tipe orang yang suka menjadi pusat perhatian. Isla mengenakan short sleeve hoodie dengan bawahan training hitam dengan dua garis putih memanjang.

Pagi ini ketiganya menghabiskan waktu untuk berolahraga. Mereka memilih Gelora Bung Karno Stadium karena dirasa pas. Juga tak terlalu memakan banyak waktu perjalanan.

Arsel mengenakan kaus tanpa kerah berwarna hitam yang dipadukan dengan training panjang berwarna abu-abu. Sedangkan Hima, perempuan itu memakai Kaus hitam dengan celana training berwarna soft pink.

Setelah menghabiskan putaran yang kesekian kali. Napas Isla mulai terengah. Ia mengelap keringat yang mengucur membasahi dahi menggunakan punggung tangan.

Hima yang biasanya kuat minimal empat putaran. Kini setengah putaran ia sudah merasakan lelah bukan main. Bahkan ia hanya menjadi penonton, menyaksikan Arsel juga Isla yang sedang berlari kecil. Ia turut mengabadikan momen tersebut menggunakan kamera milik suaminya.

Rasanya aneh, Hima yang sudah terbiasa olahraga seperti orang yang jarang atau tak pernah menyisakan hari untuk berolahraga. Melelahkan.

Hima menyodorkan botol mineral yang diterima langsung oleh suaminya. Ia juga tak lupa memberikan sebotol mineral untuk Isla.

"Habis ini langsung pulang atau ...."

"Mall, pantai," ucap Isla memotong perkataan Arsel.

"Tanyain Kak Hima. Mau nggak dia, kalo nggak mau jadi fix nggak jadi."

"Kak Hima mau nggak?"

"Eh?! Terserah,"

"Kak Hima kok lemes gitu?" tanya Isla. 

"Nggak ih. Bagaimana kalo kita ke mall?"

"Ide yang bagus, ide yang tepat that's right." Isla mengarahkan kedua ibu jarinya di depan muka Arsel. Membuat lelaki itu melempar handuk kecil lap keringatnya mengenai muka Isla.

"Aish! Kak Acel!" teriak Isla. Ia melempar balik lap tersebut namun dengan cekatan Arsel menerimanya.

"Bau Kak! Ih ... jorok!"

"Hima nggak ada pemotretan?" tanya Arsel. Ia menatap sekilas adiknya yang kini mengerucutkan bibir.

"Enggak." Hima menggeleng pelan. "Kamu? Nggak ke kantor?"

"Harusnya sih iya. Tapi, kali ini nggak." Arsel menyunggingkan senyum.

"Kenapa?" tanya Hima. Ia menautkan kedua alisnya.

"Ada hal yang lebih penting." Arsel menggandeng lengan Hima. Memposisikan telapak tangan, dan menggenggam telapak tangan milik istri sahnya tersebut dengan erat. Melangkah terlebih dulu, mengabaikan Isla yang mengekor di belakang pasutri idaman menurut rumor yang beredar.

Pelakor SosialitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang