Happy Reading!!!
.
.
.Senyuman terbit di bibir lelaki dengan tanda lahir di kening. Sembari mengusap lembut boneka teddy bear yang dibelinya sewaktu tiba di bandara, tanpa mengurangi kefokusan berkendara lelaki bernama Hamis itu sudah tak sabar melihat adiknya. Meskipun adik tunggalnya itu telah menikah dan sudah beranjak dewasa ia tetap memperlakukan Hima selayaknya anak kecil. Jujur ia tidak ingin Hima cepat tumbuh menjadi dewasa, jika saja Hamis bisa memutar waktu maka ia berjanji akan mengembalikan masa kanak-kanak Hima selayaknya anak kecil pada umumnya yang bahagia, yang tidak wajib menanggung kesedihan karena korban pisah orang tua. Hamis amat menyayangi adiknya, saking sayangnya kadang ia lupa membedakan mana yang tulus mencintai dan tidak sama sekali.
Ia lupa jika adiknya sangat mencintai Arsel, seharusnya ia juga bisa mengerti dan paham jika saja dulu ia seperti keluarga lainnya yang sangat mendukung pernikahan antara Hima dan Arsel, mungkin saja Hima tak pernah membenci dirinya. Ya seandainya waktu bisa ia putar, maka semesta juga akan tahu keputusannya itu adalah benar. Menyatukan Hima dengan Arsel sama saja melepas Hima menuju luka, luka yang ditanggung sendiri oleh perempuan yang sebelumnya belum pernah mencicipi cinta dan kasih dari orang tua.
Sebulan penuh ia tak melihat Hima secara langsung karena tuntutan pekerjaan. Ia tidak sabar melihat senyum Hima, senyuman yang selalu ia rindukan, Hima memang pernah membencinya namun bukan berarti rasa sayangnya akan hilang.
Hamis sangat percaya diri jika Arsel akan membahagiakan adiknya, namun faktanya realita kadang tak sesuai dengan ekspetasi. Angan Hamis melihat keluarga sang adik bahagia harus pupus ketika ia disambut seorang wanita di rumah Arsel dan Hima.
Kening putih itu berkerut, ketika sang wanita juga memanggil Arsel dengan sebutan....
"Sayang, ada tamu."
"Sayang?" ulang Hamis.
Setahu Hamis Arsel hanya mempunyai satu adik perempuan, apakah ini adiknya?
Namun dugaannya harus ia telan secara paksa, saat Arsel membalasnya dengan kata penuh cinta.
Ya Tuhan sebenarnya ada apa ini?
Karena Hamis sudah terbiasa jika bertamu di rumah ini langsung masuk menuju lantai dua mencari Hima. Kini dengan langkah lebarnya ia masuk tanpa mempedulikan lagi tatapan sinis dari wanita yang sedari tadi terus mengekorinya.
Rumah ini sepi, biasanya Hamis selalu melihat lalu lalang asisten namun kini ... tak terlihat satupun.
"Hima!" panggil Hamis, kini firasatnya buruk. Ia bahkan menahan napas sesaat kala melihat Arsel sang tuan rumah menuruni anakan tangga.
"Hima ke mana?" tanya Hamis tanpa basa-basi lagi.
Arsel yang juga masih dibinggungkan dengan keadaan rumah hari ini pun mendadak berlagak idiot. Pasalnya ia pun masih bingung dengan kekosongan rumah semenjak satu jam lalu kakinya menapaki rumah dua lantai ini.
"Kak Hamis? Mungkin Hima sedang ke luar bersama Wahyu atau ada pemotretan dadakan," jawab Arsel.
"Kamu sendiri tidak tau?" tanya Hamis menaikkan intonasi suara.
Hamis ... lelaki malang. Bahkan ia tidak tahu lagi harus percaya pada siapa, ia merasa tidak berguna menjadi seorang Kakak. Bagaimana jika Hamis tahu di bulan ini Hima pernah dilarikan ke rumah sakit, pernah melihat dengan jelas kemesraan Arsel dan kekasihnya, bagaimana jika Hamis tahu bahwa selama ini Hima tidak bahagia? Apakah ia akan menyalahkan dirinya sendiri? Atau malah menyalahkan takdir?
"Dia siapa?" tanya Hamis menunjuk Karin yang sedari tadi terdiam. Perempuan itu malah menunjukkan seringaian iblis.
Kini waktunya Karin mempermainkan hidup seorang Himameswari, Karin sadar betul posisinya sekarang. Ia tidak buta mengenai sosok lelaki yang kini berhadapan dengan suaminya tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/229784254-288-k918553.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelakor Sosialita
RomanceHima seorang model kenamaan harus menelan pil pahit kala ia mengetahui jika sang suami Arsel masih berhubungan dengan pacarnya, Karin. Haruskah Hima bertahan? Atau melepaskan cinta pertamanya? Cerita ini adalah tentang hati yang harus memilih antara...