Day (Five)

9.5K 530 9
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.

"Di mana Hima?"

To the point, ia bahkan mengabaikan dengan siapa yang diajak berbicara.

"Untuk apa menanyakan anak saya?" Pria paruh baya itu menatap penuh tantang pada lelaki yang menjadi menantunya. Ia tidak menyukai cara pengucapan yang terdengar sangat congkak itu.

Satu langkah kakinya menapak keluar dari gedung hotel ia dikejutkan oleh kedatangan putra tunggal Bima Obrian siapa lagi kalau bukan Arsel.

"Waw! Untuk apa? Dia istriku."

Memasang wajah bak orang bloon Arsel memicing.

Aresrio mengeram kesal. "Setelah menghiantinya masih menganggap dia istrimu?"

Arsel terdiam untuk beberapa saat ia meneliti dari ujung hingga kepala yang ditumbuhi surai gelap dan surai berwarna putih di beberapa bagian, menatap lekat-lekat pria paruh baya yang tak kalah menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

Tepukan pelan pada bahu menyadarkan Arsel.

Pandangan Aresrio tak lepas dari sorot tajam Arsel. Aresrio tidak salah lagi jika sifat arogan Bima akan mengalir pada Arsel, lelaki dihadapannya mengingatkan ia pada Bima kecil yang menjadi pentolan semasa SMA, lantas apa kabar dengan calon cucunya? Ia tidak sudi jika cucunya kelak akan meniru tabiat buruk keluarga Obrian.

"Jangan sok berlaku seperti seorang ayah yang benar-benar menyayangi anaknya seperti itu Pak tua. Bisakah pertanyaan seperti itu kau balik untuk dirimu sendiri? Misalnya, setelah kau telantarkan anakmu dulu, kini masih menganggap dirimu ayah yang baik untuk mereka, Hima dan Hamis?"

Arsel memasukkan kedua telapak tangannya pada saku celana. Ia menerka-nerka apakah setelah ini pria yang menjadi ayah mertuanya akan naik pitam dan melakukan hal diluar perkiraannya atau malah mengijinkan ia bertemu Hima.

"Jangan sok tau!" Aresrio menaikkan intonasi suaranya. Ia tidak mau mengingat masa lalu, terlebih tentang ia yang menyibukkan diri bekerja agar ingatan kebersamaanya dengan sang istri tidak membuat ia tertekan. Alhasil karena kesibukannya itulah Hima dan Hamis seperti tak mempunyai orang tua.

Rupa sang istri menurun pada Hima, itulah satu alasan mengapa ia mengabaikan anak perempuannya.

Aresrio menatap Arsel sekarang seperti melihat bayangan dirinya sendiri di masa lalu. Dulu ia memang salah karena berani bermain api dengan calon investor perusahaan, karena kesalahan itulah Tuhan memberikan karma padanya, Hime- mantan istrinya kini tak lagi bisa ia jangkau kembali. Wanita asli negeri sakura itu seolah menghukumnya dengan rasa bersalah yang menggunung di hati, sebab tak sempat minta maaf wanita bernama lengkap Chieko Hime itu memilih meninggalkannya setelah mengurus perceraian, hak asuh anak jatuh pada pihak laki-laki karena waktu itu Aresrio benar-benar menyakinkan akan merawat Hima dan Hamis dengan fasilitas yang cukup, menunjang kehidupan dengan wah karena bisnis Waram Group pada masa itu benar-benar menjadi momok menakutkan bagi perusahaan lain.

Hime percaya begitu saja, karena ia rasa kedua anaknya akan mendapatkan kehidupan baik mengingat Nenek Waram Widari yakni ibu dari Aresrio sangat menyanyangi Hima begitupun Hamis.

Aresrio tidak pernah menyangka jika karmanya akan sampai pada anak perempuannya. Waktu itu ia seakan melupakan jika ia terlahir dari rahim perempuan dan memiliki bayi manis perempuan.

"Eits? Sejak SMA aku selalu menemani Hima yang kesepian di rumah. Anakmu itu kurang kasih sayang orang tua asal kau tau! Tidak tau lagi kenapa bisa Tuhan mengirimkan ayah brengsek seperti ini untuk orang baik seperti Hima." Arsel mengingat kembali momen-momen waktu dirinya melihat Hima tengah menangis sendiri di rumah karena rindu sosok Mama dan Papa.

Pelakor SosialitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang