Happy Reading!!!
.
.
."Kak Sakit!"
Jakarta, 25 Desember
Pagi ini Hima mengalami kontraksi hebat, ia sempat mengalami pendarahan setelah Hamis berhasil membawanya ke rumah sakit. Selang infus telah terpasang, mata beriris cokelat terang itu terus memejam merasakan rasa sakit yang luar biasa. Bahkan dokter juga sempat memasang selang pernapasan.
Hamis panik sendiri, ia takut akan ada hal buruk yang menimpa sang adik, ia telah menghubungi Papanya yang diperkirakan dalam satu jam lagi akan tiba di Jakarta.
Hamis juga telah menelepon sang Mama yang jauh di negeri sakura, meminta doa agar persalinan Hima berjalan lancar. Melihat raut kesakitan sang adik membuat hati Hamis terasa diremas. Begitu khawatirnya ia pada adik tunggalnya itu.
Untuk mengantisipasi akan hal buruk yang mungkin terjadi, Hamis juga telah mengonfirmasi pada pihak PMI jika saja Hima membutuhkan donor darah dan pihak Rumah sakit tengah kehabisan stok.
Hamis meremas rambunya frustrasi, ia tidak kuat melihat Hima merintih kesakitan, dokter bilang saat ini belum waktunya, tinggal menunggu beberapa pembukaan lagi hanya itu yang Hamis paham. Ia tidak mengerti dengan istilah yang disebutkan dokter. Namun, yang Hamis tahu jika terlalu lama maka jalan terakhir adalah dengan operasi caesar.
"Tenang, Dek. Kak Hamis yakin Hima pasti bisa. Hima harus kuat ya! Hima mau lihat jagoan Hima lahir ke dunia kan?" Hamis terus menguatkan Hima dengan kata-kata. Ia terus menyakinkan bahwa semuanya pasti akan berjalan lancar.
"Kak Ini sakit! Hima ... Hima nggak kuat! Hiks ...."
Hamis berharap waktu cepat berlalu agar kesakitan sang Adik juga cepat sirna. Hamis tak bisa menahan rasa cemasnya, tak ayal air mata itupun mengalir seiring dengan rintihan Hima yang mengalun menyakitkan di telinga Hamis. Rasanya begitu menyesakkan, keduanya benar-benar merasakan sakit di masa lalu, sakit itu masih terasa, ketika kedua orang tuanya tidak berada dalam jangkuan.
"Hima harus bertahan ... demi anak Hima."
***
Bandara Internasional Soekarno HattaOn behalf of The Airlines and the entire crew, I’d like to thank you for joining us on this trip. We are looking forward to seeing you on board again in the near future. Have a nice day!
(“Atas nama The Airlines dan seluruh kru, saya ingin berterima kasih kepada Anda atas ikut sertanya dalam perjalanan ini. Kami berharap bisa berjumpa dengan anda lagi dalam penerbangan dalam kesempatan yang akan datang. Semoga hari Anda menyenangkan!”)
Lelaki bertubuh tegap itu kini merasa lega saat kakinya telah menapak tanah kelahirannya, ia memanfaatkan libur musim dingin (Hari Raya Natal): 3 minggu untuk pulang ke tanah air. Nadta tidak pernah berpikir untuk pulang sebelumnya, karena biaya tranportasi mahal juga jam penerbangan yang memakan waktu lama.
Sebenarnya ia tidak betah menghabiskan waktunya di perjalanan. Jika saja ia memiliki pintu ajaib layaknya di kartun Doraemon, pasti ia dengan senang hati bolak-balik Indonesia - US. Namun, ini semua atas permintaan sang Ibu, ini adalah bukti nyata sayangnya seorang anak kepada Ibunya, meskipun tugasnya di negeri Paman Sam masih menggunung.
Nadta merapikan kemeja hitamnya yang nampak kusut, sedikit membenarkan posisi ransel di punggungnya, kini dengan langkah tegap ia melangkah keluar bandara.
Setelah mengaktifkan kembali benda pintar miliknya, ia terkejut melihat pesan teratas yang dikirimkan oleh Hamis, sepuluh menit yang lalu.
"Mohon doanya agar Hima dilancarkan proses persalinan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelakor Sosialita
RomanceHima seorang model kenamaan harus menelan pil pahit kala ia mengetahui jika sang suami Arsel masih berhubungan dengan pacarnya, Karin. Haruskah Hima bertahan? Atau melepaskan cinta pertamanya? Cerita ini adalah tentang hati yang harus memilih antara...