Long chapter. 3,7 words. Ayo vote nya bubz! I know u'all how to appreciate my works.
Happy reading! 😻💗
***
Natan dan Vaness memasuki private room yang didalam nya sudah ada Jevan serta Vica. Ruangan nya tidak bisa dibilang kecil juga besar, di bagian tengah sudah ada meja makan dengan enam kursi berhadapan dan 3 seloki lilin di atas nya, ditiap sudut ruangan terdapat tiang pot tanaman-tanaman buatan.
Vaness menduduki kursi disamping Vica.
"Ayo, keluar dulu, Nat." ajak Jevan seraya beranjak dari duduk nya.
Natan yang baru menarik kursi menatap bingung Jevan yang berdiri dihadapan nya, "Ngapain? Kemana?"
"Mesen makan," jawab Jevan asal.
Vica melihat pacar nya itu dengan senyum geli di wajah nya. Sudah jelas ada intercom yang tergantung di samping pintu.
Kurang pinter ngeles nya, sayang, batin Vica.
Natan menatap Jevan dengan tatapan heran, "Terus guna nya--"
"Banyak tanya kayak wartawan, ayo cepet!" potong Jevan, ia mulai kesal karena Natan tidak paham maksud tersirat nya.
Jevan mencium pipi Vica, "Bentar ya, sayang." pamit nya yang langsung diangguki Vica.
Natan sempat memasang disgust face nya melihat pemandangan di depan nya sebelum Jevan merangkul pundak nya.
"Sebentar." ujar Natan singkat dan dingin pada Vaness dan langsung gadis itu angguki dengan senyuman manis.
Kedua laki-laki itu pun menghilang dari balik pintu. Sama seperti Vica, Vaness sadar akan ada nya intercom di samping pintu. Gadis itu tersenyum tipis, ia mengerti. Mungkin kedua laki-laki itu ada yang perlu dibicarakan, pikir nya.
Vaness berdeham, "Mba Vica, udah lama sama Kak Jevan?" tanya Vaness untuk memecah kecanggungan.
Ngomong-ngomong Vaness sudah memutuskan untuk memanggil kekasih dari gadis didepan nya ini dengan embel-embel 'Kak' karena disarankan untuk memakai panggilan 'Mas' hanya untuk Natan.
Vica menoleh, terlihat berpikir sebentar lalu tersenyum malu, "Baru jalan 4 bulan nih sama Jevan," jawab Vica.
Vaness manggut-manggut, "Oh, Iya. Mba Vica, kuliah ngambil apa?"
"Ohh, hehe, aku ambil jurusan Hukum, satu kampus sama mereka berdua. Kalo kamu? Ngambil jurusan apa?" jawab Vica lalu bertanya balik.
"Aku ngambil Psikologi di SVD, Mba. Hehe"
"Sama kayak Riva dong? Seangkatan juga?"
"Iya, Mba, kita seangkatan."
Vica mempout dengan mata berbinar, "Wahh, enak yaa. Sahabatan sama adek nya pacar!" celetuk Vica lalu tertawa dan menepuk lengan Vaness pelan, biasa lah, perempuan.
Vaness tertawa canggung, "Mba Vica kan tau sendiri, aku sama Mas Natan cuma pura-pura.."
"Ya, tinggal pacaran beneran aja." balas Vica santai.
"Gak se-simple itu, mba, hehehe." ucap Vaness lalu tertawa canggung.
Vica tersenyum geli, "Yeah, i know that. Jangan dibawa serius, eh, tapi gapapa banget kalo mau dibawa serius, hahaha." balas Vica lalu tertawa.
vica meredakan tawa nya lalu mengambil handphone dari tas nya milik nya.
"Aku minta nomor kamu, dong, Ness." ujar Vica seraya menyodorkan handphone nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Natan ✓
Fanfiction"Mba mau jadi pacar saya ga?" "Kok orang gila bisa masuk mall ya?" Ternyata benar, dunia itu memang sempit. Natan Giovallo si calon dokter yang tidak pernah menjalin cinta bertemu dengan Vanessya Calista si gadis moody yang mencari cinta nya. ⚠️ Th...