27. Yahhhhh, Gagal

808 176 32
                                    

Feedbacks nya bisa kali buat comforting gue yang lagi akjxksizjhsa.

Happy reading! <3

***

Hari ini pun tiba, hari dimana Vaness akan mendatangi tempat kerja part time pertama dan terakhir nya. Cewek itu sedang menaruh barang-barang ke dalam sling bag warna cream yang senada dengan celana cargo yang dipakai nya.

"Sshh.. Jangan sekarang dong sakit nya, please." ujar Vaness seraya meringis memegang perut.

Beberapa detik kemudian handphone Vaness berdering tanda telepon masuk, yang ternyata berasa dari Vian.

"Lama banget sih, belom siap?"

"Bentar lagi, bentar lagi. Ini mau pake sepatu duls, lo dimana?"

"Udah didepan lah, kosan deketan juga."

Vaness terkekeh, "Sewot amat. Yaudah ini udah siap mau keluar. Gelar red—"

Tut.

"Aih.. Jahat sekali si Vian ini." cibir Vaness pada handphone nya. Sahabat nya itu lagi nggak bisa diajak becanda.

Oiya, Natan dan Vaness sepakat untuk ketemuan, ini kemauan Vaness ngomong-ngomong.

--- MAS NATAN ---

Sabtu sore yang hampir menjelang malam ini, Natan sudah sampai lebih dulu dari pada Vaness di Cafe yang menjadi tempat bertemu mereka.

Laki-laki dengan kaos putih dan kemeja cream lengan panjang yang dilipat rapih sampai bawah siku itu sedang mengatur nafas dan mencoba meredakan detak jantung nya.

"Oke, Natan jangan gugup. Tarik nafas.. buang.. Huhh.."

Natan senyum canggung saat tatapan nya bertemu dengan salah satu pengunjung laki-kali yang tersenyum manis.

Natan akui, cowok yang duduk dekat meja nya itu ganteng, banget malahan.

--- MAS NATAN ---

Vaness masih menatap tulisan lampu LED berwarna putih bertuliskan one2seven Cafe, tempat dulu dia bekerja sebagai Chef pemula. Tempat dimana awal mula Vaness mengenal dia. Sudah satu tahun Vaness nggak pernah datang ke sini, terlalu banyak kenangan yang menyenangkan namun menyakitkan disini.

"Ayo turun, gue udah ditunggu Bang David." ajak Vian.

Vaness menarik nafas dalam dan menghembuskan nya panjang, "Mau ketemu mantan Bos juga ahh, hahahaha."

Benar, Cafe ini adalah milik David—Kakak sepupu Vian—dan para sahabat nya. Singkat cerita, mereka membuat Cafe ini agar mereka punya alasan untuk bertemu setelah wisuda.

"Ck. Urus dulu tuh Natan-lo itu," ujar Vian. Nada nya kedengaran banget kalo Vian nggak suka sama Natan.

"Jangan sensi gitu, kenapa sih, beb?" balas Vaness sambil ketawa pelan lalu mendorong Vian pelan ke arah yang laki-laki itu tuju.

Vaness menyapu pandangan nya pada Cafe ini, nggak begitu banyak yang berubah, pikir Vaness. Saat matanya menangkap belakang kepala dan punggung yang familiar, gadis itu langsung berjalan menuju meja yang diduduki laki-laki itu.

Lagi-lagi outfit color kita kayak janjian.

"Mas? Hai!" sapa Vaness sambil mendudukan diri didepan Natan.

"Eh? Hai, Ness." balas Natan dengan senyum manis nya.

Vaness membalas senyum Natan, "Udah dari tadi, Mas?"

Mas Natan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang