37. Sorry and Thank You

664 104 78
                                    


Sorry for the late update, Bubz. I've been busy lately and im not in a good condition rn honestly. Nvm, just enjoy the new chapter, okayy. Anw, pls be a wise reader, if you under 15 pls say good bye to this chapter okay, u can skip this chcapter bb, thank u!

Happy reading, do not forget to give some feedback! <3

***


"Halo, Je? Kamu kemana—"

"Halo, Vaness? Kamu bisa kesini? Jeva mabuk di One two seven." kernyitan bingung Vaness saat mendengar suara lain dari yang seharusnya ia dengar kini berubah menjadi ekspresi cemas.

Mabuk lagi? Kamu sebenarnya kenapa sih, Je?

"Bisa kok, Kak David, aku jalan sekarang, ya."

"Oke, hati-hati, ya, Vanessya."

Panggilan telepon dari kontak 'Jeje <3' itu diputus sepihak oleh David sementara Vaness sibuk berganti pakaian karena tidak mungkin dia pakai pakaian tidur, sepanik apapun Vaness tetap bisa berpikir, tapi celana training yang dipakai cewek itu terbalik dan dia memakai sandal yang berbeda warna.

Dilain tempat Jevariel sedang ditenangkan oleh para sahabatnya. Mereka nggak tahu apa lagi yang terjadi dengan Jevariel dan sang Ayah hingga cowok tinggi itu menjadi seperti ini; mabuk, merokok, sungguh bukan Jevariel sekali.

"Gue butuh Caca.. mau cerita sama Caca.. tapi nggak bisa.. Arghh.. anjing." racau laki-laki itu.

"Gue nyakitin Caca.. dia sakit liat gue gini,"

"Iya, kasian si Caca, makanya udah stop, goblok! Nyesel gue ngasih rokok kemaren ke elo." saut laki-laki berambut gondrong, namanya Yuanda.

"Yu,"

"Ape?"

"Jangan panggil cewek gue Caca, yang boleh manggil dia gitu cuma gue doang...."

Yuanda menghembuskan asap rokok nya kasar, "Iye, Je, Iye."

Jevariel menghembuskan nafas kasar, "Kenapa sih dia selalu perlakuin gue kayak boneka? Hah? KENAPA BANGSAT? GUE ARGH.. gue bukan boneka. Dia nggak bisa asal suruh gue ikutin maunya dia terus." Jevariel kembali meracau disertai umpatan.

Beberapa pengunjung Cafe menoleh ke arah lantai atas karena teriakan Jevariel. Meski sudah beda lantai dan mereka sedang berada di kawasan outdoor ternyata teriakan cowok itu masih bisa terdengar.

Salah satu sahabat laki-laki itu, Jerry, menepuk dan memijat pelan bahu Jevariel, "Iya, gue ngerti, Je."

Jevariel menepis tangan itu sedikit kasar, "Lo nggak ngerti, Jer. Keluarga lo harmonis, orang tua lo dari dunia kedokteran dan lo sekarang dibisnis ortu lo tetep support."

Memang, keluarga Jerry begitu harmonis. Berbeda dengan keluarga Jevariel.

Jerry menghela napas dan mengalah, tangan nya merebut pelan botol alkohol dari tangan Jevariel. "Iya, Je. Udahan sih minumnya anjir."

"Vaness udah gue telpon suruh kesini loh, Je. Lo gak kasian apa kalo dia sedih liat lo begini?"

Mendengar nama kekasihnya disebut lantas Jevariel menoleh dengan mata memicing tajam, "Ini udah malem dan lo suruh Caca kesini? Gila lo, Vid?"

"Kalo David nggak telpon Vaness lo nggak bakal berhenti, setan. Udah ini minum air biar sadar dikit," kesal Yuanda.

Tiba-tiba Jevariel menyeringai membuat ketiga sahabatnya itu bergidik ngeri,

Mas Natan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang