13. Finished (?)

1.1K 272 47
                                    

Sebelum kelupaan, mending vote sekarang yuk, Bubz. Bantu aku naikin mood buat nulis, hihi.

Happy reading! 😻💗

***

"Tau gak, sayang? Bunda dulu tuh mau nya Natan jadi jaksa, eh dia nyaman nya di kedokteran.." cerita Bunda Lena.

"Bagus deh Bunda, hihi." Vaness terkekeh geli.

"Bagus kenapa?" tanya Vanna yang penasaran maksud sahabat nya itu.

Natan dan Bunda Lena menatap Vaness penasaran.

"Soalnya Mas Natan ganteng pake jas putih gitu, hihi!" ujar Vaness dengan senyum malu-malu nya.

Natan menahan senyum, Bunda Lena pun menyetujui ucapan Vaness.

Vanna mendengus, "Bisa banget lo yaa!" sebal nya.

"Orang emang iya kok!" saut Vaness.

Bunda geleng-geleng, "Hus, makan lagi udah, sayang-sayang nya Bunda." ujar Bunda menengahi.

Setelah semua selesai makan Vaness berniat ingin pamit pulang. Namun niat nya tertahan saat bertatapan dengan asisten rumah tangga yang tersenyum penuh arti pada nya.

Vaness tersenyum seraya menganggukan kepala nya pelan, "Mbak nya cantik. Mas Natan emang gak salah pilih," ujar nya pelan.

"Terimakasih Mba, bisa aja deh." balas Vaness dengan senyum malu yang terlihat canggung.

"Ness," panggil Natan pada Vaness yang membuat gadis itu menoleh dengan pandangan bertanya.

Natan menatap Ara yang menatap nya dengan tatapan jahil, lalu wanita 36 tahun itu pamit kembali ke belakang.

"Yuk." ajak Natan singkat.

Vaness mengerti, "Yuk apa? Pacaran?" tanya Vaness menggoda Natan.

W-what?

Natan menatap Vaness datar dengan jantung yang berdetak tak karuan.

"Hahaha, becanda Mas. Yuk kemana emang?"

"Pulang," jawab Natan.

"Ohh, iyaa. Yaudah, yuk!"

Vanna datang dari arah tangga, "Nih, naik ke atas aja males banget!" gadis itu menyodorkan jaket hitam kepada sang kakak.

"Makasih, Dek."

"Hmm. Lo udah mau balik?" tanya Vanna pada Vaness.

"Iya nih, si Virgi udah nyuruh gue balik."

"Ohh yaudah, hati-hati."

"Iyaa, Naa. Gue pamit dulu, ya, ke Bunda," ujar Vaness.

"Yuk, Mas!"

"Bunda dikamar." ujar Natan saat melihat Vaness celingukan.

--- MAS NATAN ---

"Mas, nanti aku main sama Snow boleh gak?" tanya Vaness memecahkan keheningan di dalam mobil.

Natan mengangguk pelan, "Boleh."

Vaness berdeham lama, "Kalo main sama Daddy nya? Boleh gak?" Vaness pun memulai kejahilan nya.

"Apa sih? Gak jelas kamu." ujar Natan ketus. Padahal sih aslinya gugup banget.

Vaness mendengus, saat ini diri nya sedang tidak bisa mengontrol mood nya. Dan, ya, mood Vaness memburuk.

"Udahlah, males, Mas Natan gak asik!"

Mas Natan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang