18. Hati Ayam

1K 230 30
                                    

Dua hari disibukan oleh padat nya jadwal kuliah dan tumpukan tugas nya, Natan dan Vaness tidak bertemu. Seperti kata Natan, dia tidak mengerti pendekatan melalui chat jadilah Vaness yang mendominasi dalam mengirim pesan juga telepon dan Natan hanya balas secukup nya.

Perihal masalah ini Vaness tidak sebal-sebal amat sih, secara dia kan juga bukan manusia gabut kurang kerjaan yang harus selalu chatan setiap jam, setiap menit dan setiap detik. Tapi sebal dan kesal itu, harus!

Natan juga gak tau harus gimana, yang kepikiran ya cuma ngajak Vaness makan. Itu cara dari Jevan yang katanya manjur, Natan percaya sih, adik nya juga suka banget disogok sama makanan soalnya.

"Mau makan apa?" tanya Natan saat mobil nya bergerak keluar dari gapura kostan Vaness.

Vaness berdeham lama, "Pecel ayam!" jawab Vaness, girang banget.

Natan mendelik, "Hah?"

"Aku mau pecel ayam! Didepan ada, Mas." ujar Vaness seraya tersenyum.

"Yang lain, apa aja selain pecel ayam."

Vaness mengernyit lalu menggeleng, "Ih, gak ah, Mas! Aku lagi mau makan pecel ayam."


"Itu tempat nya, Mas." ujar Vaness seraya menunjuk tempat makan yang ia inginkan.

Natan memberhentikan mobil nya namun tidak membuka kunci pintu.

Natan menghela napas, "Ness, yang lain aja, ya?"

"Ih, kenapa sih, Mas? Enak kok, Mas Natan gak suka pecel ayam apa gimana?" bingung Vaness.

"Suka.. Tapi gak makan yang dipinggir jalan gini. Besok aja ya? Nanti aku minta Mbak Ara bikinin." bujuk Natan sambil menatap Vaness yang mengernyit sambil menatap nya.

Vaness teringat soal curhatan Vanna saat mereka pertama kali makan ditempat pecel ayam ini. Vanna cerita kalo dia bisa aja diomelin sama Kakak nya kalo makan dipinggir jalan gini, takut gak higenis lah itu lah. Ingatan itu bikin Vaness ketawa kecil.

"Santai, Mas. Tempat makan nya bersih.. Aku udah sering makan disini kok."

"Kita makan yang lain aja, ya?" kekeuh Natan sambil menggeleng.

Vaness mendengus, bersidekap, lama-lama sebel juga dia. "Gamau! Aku makan disini, Mas!" sebal Vaness.

"Ayo turun, bukain." lanjut nya.

Natan menggeleng, "Makan sushi aja yuk?"

"Gak, aku mau nya ini!"

"Lagian aneh banget deh, Mas. Aku udah gak ribet loh langsung mau makan disini, makan pecel, malah gak dibolehin ginii!" sungut Vaness.

"Bukan gak boleh, Ness.. Tapi takut gak higenis." elak Natan.

"Sama aja lah!" sewot Vaness seraya memutar bola matanya.

"Udah bukain pintu nya, Mas. Aku mau turun, terserah Mas Natan mau ikut apa enggak." final Vaness.

Natan diam, berpikir. Hingga akhir nya ia menekan tombol di central clock hingga pintu terbuka.

Karna sudah kesal Vaness langsung aja turun.

Udah laper dibikin bete lagi!

"Gue juga kalo makan pasti liat tempat, gak sembarangan!"

"Huh, nyebelin banget!"

"Jadi sebel beneran kan gue!"

Vaness mendumal pelan setelah memesan pecel ayam untuk makan malam nya.

Mas Natan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang