NAYLA - 05

3.7K 389 14
                                    

"Rasa sakit di sekujur tubuhku, tak sebanding dengan rasa sakit dalam hatiku."

_Nayla Shaquille Assadiq


Devano menatap Nayla dengan tatapan bingung, gadis itu tampak beda dari biasanya.

Mukanya terlihat pucat, ada lebam yang terlihat jelas di sudut bibirnya.

Juga matanya yang terlihat sembab.

"Muka lo kenapa?" Karena penasaran Devano akhirnya bertanya.

Gadis itu menggeleng, "Gak papa."

"Lo ikut tawuran lagi? Nay, gue udah bilang mulai hari ini lo gak boleh tawuran lagi!"

"Gue gak tawuran, Devano."

"Terus muka lo kenapa?" Devano masih merasa penasaran.

Nayla berdecak, "Gak ada urusannya sama lo muka gue kenapa, udah ayo berangkat! Gue gak mau telat cuma gara-gara ngurusin lo!"

Nayla hendak naik ke motor Devano, namun tangannya dicekal oleh cowok itu.

"Devano," peringat Nayla, dia sedang tidak ingin bertengkar dengan cowok itu sekarang.

Devano menghela napas, "Jujur sama gue, lo ikut tawuran lagi?"

Nayla menggeleng, "Gue gak tawuran Devano! Sampai kapan lo bakal nuduh gue terus?"

Devano mengerinyit, jika bukan karena tawuran lantas darimana Nayla mendapatkan lebam seperti itu?

"Cepet berangkat!!" Ucap Nayla yang sudah terlanjur kesal.

Devano menghidupkan motornya,  setelah Nayla naik ia melajukan motornya untuk pergi ke sekolah.

Sepanjang perjalanan, baik Devano dan Nayla hanya memilih diam. Tidak ingin berkata satu kata pun.

Saat motor Devano melewati area sekolah, banyak sepasang mata yang memperhatikan mereka berdua.

Bisik-bisik pun terdengar, pasalnya baik Devano maupun Nayla tidak pernah terlihat dekat satu sama lain.

Devano sang ketua OSIS yang sangat berwibawa dan Nayla sang bad girl yang semua orang tahu akan sikap sangarnya.

Benar-benar perbedaan yang sangat jauh, lagipula Devano tidak pernah terlihat memboncengkan satu gadis pun di jok belakang motornya.

Juga Nayla yang tidak pernah berurusan dengan seseorang yang bukan termasuk dalam anggota geng nya.

Hanya Bara, dan teman-teman Nayla yang lain yang sering bersama gadis itu.

Setelah memparkirkan motornya, baik Devano dan Nayla mereka berdua turun dari motor.

Nayla menatap tajam ke arah para siswa yang bisik-bisik tentangnya. Para siswa siswi yang melihat tatapan tajam dari Nayla lantas menundukkan kepalanya. Takut, jika mereka akan menjadi sasaran kemarahan seorang Nayla.

"Anggap angin lalu," Devano tiba-tiba membuka suara.

Nayla hanya diam, langkahnya ia percepat. Tidak mempedulikan Devano yang tertinggal dibelakang.

NAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang