NAYLA - 18

2.7K 287 2
                                    

"Berhenti bersikap seperti ini, membuatku terbawa dalam harapan yang melambung tinggi. Yang pada akhirnya aku tak bisa memiliki."

_Nayla Shaquille Assadiq

"JALI, LO KENAPA MUKUL NAYLA HAH?!"

Devano mencengkram kerah baju Jali, menatap cowok tersebut dengan tatapan tajam. Kali ini ia bersama teman-temannya tengah berada di rumah sakit, mengantarkan Nayla yang jatuh pingsan.

"So-sorry, gue gak sengaja. Gue bener-bener gak sengaja." Ucap Jali terbata-bata.

"Mana ada lo gak sengaja! Lo orang pertama yang gak suka sama Nayla, sejak gue cerita tentang dia kan?!" Devano mengacak rambutnya frustasi.

Dia benar-benar khawatir, apalagi Nayla seperti ini karena kesalahannya. Jika Nayla sampai kenapa-napa ia tidak bisa memaafkan dirinya atau bahkan Jali.

"Tapi dia musuh kita, Devano!" Celetuk Ages.

Devano menatap tajam, "Sekalipun dia musuh gue, dia akan tetap jadi orang yang gue sayang!"

"Tapi lo gak boleh egois! Lo lupa apa yang udah Steven lakuin?! Seharusnya lo mikir!" Ages terus berbicara karena merasa kesal.

Bugh!

"Jangan sok nasehatin gue! Gue tahu apa yang harus gue lakuin!" Ucap Devano kelewat emosi.

"Permisi, mohon maaf tolong tetap jaga ketertiban ya. Ini rumah sakit, banyak pasien yang akan terganggu mendengar keributan kalian. Terimakasih." Ucap salah satu suster yang lewat dan melihat keributan mereka.

"Iya maaf sus, saya akan coba menenangkan teman saya." Ujar Rama meminta maaf atas kesalahan teman-temannya.

Suster tersebut hanya mengangguk lalu melenggang pergi.

Rama dan yang lainnya mencoba menenangkan Devano yang sangat marah.
Jika amarah Devano tidak bisa terkontrol itu akan bahaya, dia bisa mengamuk atau bahkan lebih dari itu.

"Devano, sebaiknya lo tenang dulu. Kita lagi di rumah sakit, banyak orang sakit disini." Ucap Rama sembari terus menenangkan Devano.

Devano menghembuskan napas. "Kalo sampai sesuatu terjadi sama Nayla, gue gak akan maafin lo." Ucapnya pada Jali.

Tak lama kemudian, anggota Reveelix dan Galasta datang. Raut mereka terlihat sangat cemas, terutama Bara.

"Devano, lo apain Nayla hah?!" Tanya Bara dengan wajah berapi-api.

"Gue minta maaf, Nayla ke rumah sakit karena kesalahan temen gue. Gue bener-bener minta maaf." Ucap Devano merasa bersalah.

Bara menghembuskan napas, ingin sekali menonjok muka Devano tapi ia urungkan. Mengingat dimana sekarang ia berada.

"Apa ada keluarga pasien?" Pertanyaan itu membuat semua orang menoleh ke arah pintu ruangan Nayla.

"Saya temen dekatnya dok," ucap Bara.

Dokter tersebut memandang satu per satu teman dari pasiennya tersebut, merasa bingung karena tidak ada satu pun teman perempuan. Hanya ada laki-laki.

"Baik, kebetulan semua temannya ada disini. Saya hanya ingin mengatakan bahwa pasien tidak boleh terlalu lelah atau terlalu berpikir yang akan memicu untuk melukai dirinya sendiri bahkan berpikir untuk pergi meninggalkan dunia." Jelas dokter tersebut.

"Maksud dokter?" Bara bertanya bingung.

Dokter tersebut menghembuskan napas beratnya. "Saya menemukan berbagai luka di sebagian tubuhnya, ada luka yang berasal dari sayatan pisau. Gunting bahkan juga alat tajam lainnya. Itu bisa terjadi karena pasien sulit untuk mengekspresikan emosi, atau bahkan sulit untuk melampiaskan emosi. Dan dia akan beralih, untuk melukai diri sendiri."

NAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang