NAYLA - 38

2.6K 280 18
                                    

"Hari ini aku dihadapkan pada kenyataan yang membuatku semakin yakin, jika takdir tak mengizinkan aku untuk bahagia."

_Nayla Shaquille Assadiq


Dua menit.

Selama dua menit Nayla menunggu Galih untuk berbicara, namun sepertinya ayah dari Devano tersebut tak ada niat untuk membuka mulutnya dan memilih bungkam.

Nayla menghela napas, waktunya terbuang percuma. Atas keinginan pria tersebut ia setuju menemuinya, entah apa yang ingin dikatakan Nayla tidak tahu. Baik Galih dan Devano, sama-sama membingungkan. Sikap itu sepertinya melekat erat pada diri mereka.

"Bapak bercandain saya? Atas keinginan bapak saya setuju bertemu bapak di sini. Tapi sepertinya, bapak hanya ingin membuang-buang waktu saya." Nayla melipat tangannya di depan dada.

Galih mendongkak, mengamati wajah Nayla yang ternyata adalah anak yang selama ini ia cari-cari. Bagaimana Galih bisa tidak mengenali putrinya sendiri? Bahkan selama ini gadis itu selalu bersileweran dalam kehidupannya?

Perasaan bersalah tubuh semakin besar. Sesak sekali rasanya, seperti ada yang menghimpit dada Galih.

"Putriku Nayla..."

Tubuh Nayla menegang, matanya berkedip. Sedikit merasa terkejut atas ucapan pria di hadapannya. Alisnya menaut bingung, tidak mengerti apa yang diucapkan oleh ayah dari Devano tersebut.

"Nayla putriku..." lirih Galih lagi.

Galih mendekat, memeluk tubuh kurus Nayla. Membuat Nayla kembali menegang ditempatnya dengan kebingungan yang terlihat jelas pada raut wajahnya. Ia benar-benar tidak paham.

"Pak Galih, ada apa? Bapak sakit?" Nayla bertanya dengan nada kebingungan.

Galih melepaskan pelukannya, menatap wajah putrinya itu. "Kamu mirip sekali dengan Diana, sangat mirip."

"Di-diana?" Nayla terbata-bata.

Galih mengangguk, "Dia ibumu bukan? Wanita yang sangat ku cintai, dulu dan sekarang."

"Ja-jadi anda adalah ayah kandung saya?" Nayla menggeleng tidak percaya. Kenapa dunia ini begitu sempit?

Dan kenapa harus ayah Devano? Kenapa? Beribu pertanyaan kini memenuhi kepala Nayla. Namun apapun itu, ia tidak bisa menyangkal kenyataan.

Nayla tertawa sumbang, "Lalu ayah macam apa anda? Ayah macam apa yang tidak berani bertanggung jawab atas kesalahannya dimasa lalu? Dan kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang setelah semuanya sudah terlambat?"

Air mata Nayla menetes, sebuah kenyataan yang ia dapatkan hari ini mampu mengiris hatinya. Seharusnya ia bahagia karena ia berhasil bertemu dengan ayah kandungnya. Seharusnya. Namun kenapa hatinya begitu sakit? Kenapa batinnya selalu ingin menyangkal kenyataan ini?

Nayla tahu, setelah ini Devano akan sangat membencinya. Setelah semua yang terjadi antara dia dan Devano, setelah banyak kejadian yang ia alami dengan cowok itu. Apakah hari ini semuanya akan berakhir untuk selamanya? Anggap saja Nayla bodoh, berkali-kali Nayla disakiti oleh Devano tapi ia tidak bisa melupakan cowok itu. Karena sangat sulit.

Hatinya memang lelah, tapi ia belum ingin berhenti. Biarkan Tuhan yang menentukan kapan ia akan mundur dari segalanya. Biarkan Tuhan yang mengaturnya.

"Bahkan anda juga menilai saya buruk, anda mengatakan jika saya terlihat seperti perempuan yang tidak baik-baik. Yang kenyataannya perempuan yang tidak tidak baik-baik ini adalah putri anda sendiri." Nayla menghela napas sesaat, batinnya terus dihantam berkali-kali.

NAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang