NAYLA - 51

3.5K 289 51
                                    

"Aku tak lagi ingin menjadi orang yang hebat, aku hanya ingin menjadi orang yang bahagia."

_Nayla Shaquille Assadiq


"Gue mohon jangan pergi."

"Gue perlu jeda untuk semuanya, Roo." Nayla menatap Alvaro, sepulang dari rumah budhenya ia langsung menuju rumah cowok itu. "Jangan kayak gini, gue nggak bisa pergi kalo lo terus-terusan kayak gini."

"Gue kayak gini karena gue nggak mau lo pergi." Alvaro menggeleng, tangannya menggenggam tangan Nayla hangat. "Jangan pergi. Jangan pergi, gue mohon."

Nayla menghela napas, tangannya balik menggenggam tangan Alvaro. "Gue hanya pergi sebentar, gue nggak akan lama."

"Jangan pergi gue bilang!" Teriak Alvaro kesal, bibirnya mengerucut seperti anak kecil.

Nayla terkekeh, sama seperti dulu ketika Alvaro tengah kesal atas sesuatu sikapnya akan terlihat lucu. "Gue pergi nggak lama, Roo. Gue cuma butuh waktu, buat nyembuhin semua rasa sakit gue."

Alvaro menghembuskan napas, "Gue tahu, gue tahu rasa sakit lo nggak akan sembuh secepat ini. Tapi gue mohon jangan pergi, lo jangan kemana-mana cukup lo ada di sini sama gue, gue akan berusaha bahagiain lo."

Nayla tahu jika ucapan Alvaro memang benar-benar tulus dari hati. Namun Nayla butuh waktu untuk semuanya, ia perlu jeda untuk menyembuhkan lukanya. Ia perlu waktu.

"Roo---" Alvaro tidak membiarkan Nayla berkata lagi maka dari itu Alvaro memutus ucapan cewek itu.

"Lo cukup diam dan ngga ngapa-ngapain, biar gue yang berusaha bikin lo sembuh. Nayla, gue sayang sama lo. Lo tahu itu 'kan?"

"Gue juga sayang lo." Ucap Nayla tanpa sadar.

Alvaro membulatkan mata, tak percaya atas apa yang baru saja ia dengar dari bibir Nayla.

Nayla tersadar atas ucapannya, ia mengerjapkan mata berulang kali. Netranya berhadapan dengan manik mata Alvaro, keduanya sama-sama terkejut di tempat.

"Maksud gue...gue sayang sama lo itu sebagai temen. Itu maksud gue." Nayla berucap lagi.

Alvaro tersenyum, "Kalo lo sayang sama gue, lo nggak akan pergi 'kan?"

"Roo, jangan gini. Gue perlu pergi, di tempat ini gue selalu inget kenangan itu. Lo tahu? Ini menyakitkan."

Alvaro menggengam tangan Nayla semakin erat, ia menggeleng. Tidak ingin jika Nayla harus pergi dari sisinya, untuk sekian lama ia baru bertemu dengan perempuan itu dan Alvaro ingin terus bersama Nayla untuk waktu yang lama.

"Kita hadepin sama-sama ya? Lupain semua tentang rasa yang bikin lo sakit, lupain Devano. Mulai dari awal, gue bakal selalu ada di samping lo." Alvaro tidak akan pernah memberikan sebuah janji, namun ia hanya akan berusaha untuk membahagiakan Nayla dengan caranya.

"Gue cuma berpikir gimana dengan nasib anak gue? Dia nggak punya ayah, Roo. Dia anak haram kayak gue." Lirih Nayla, membayangkan bagaimana nasib anaknya di masa depan membuatnya sesak.

"Nggak ada yang namanya anak haram, jangan ngomong kayak gitu Nay. Gue bisa jadi ayah dari anak lo, gue bisa jadi pelengkap buat lo. Dan, tolong jangan pergi."

"Roo, gue nggak mau lo terlibat atas masalah yang gue hadepin. Gue nggak mau lo harus terluka karena gue." Nayla menatap lurus ke depan, pandangannya kosong.

"Gue terluka ketika lo terluka. Gue sakit ketika lihat lo sakit. Jadi, jangan pernah berpikir untuk pergi." Alvaro bersikekeh, menyakinkan Nayla agar perempuan itu tak pergi kemana pun.

NAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang