NAYLA - 42

2.7K 246 29
                                    

"Hebat, untuk orang diluar sana yang memilih bertahan walaupun disakiti berulang kali. Tapi sepertinya aku tak bisa menjadi bagian dari orang hebat itu. Karena pada dasarnya, manusia punya titik lelahnya masing-masing."

Nayla Shaquille Assadiq

Setapak demi setapak, Nayla melangkahkan kaki di sepanjang koridor sekolah. Tak gentar walaupun dia harus bisa menerima kenyataan yang menyakitkan.

"Itu Nayla kan? Yang ngaku-ngaku hamil anaknya Devano si ketua osis?"

Deg. Nayla menghentikan langkah, netra tajamnya menatap seorang siswi yang tengah membicarakannya terang-terangan.

Nayla menautkan alis, bingung. Bagaimana mereka bisa tahu? Seingatnya tidak ada yang tahu selain dirinya, Bara dan Devano. Bahkan budhe dan Jevan juga belum ia beri tahu karena terlalu takut.

Lantas siapa?

"Gue akui keberanian lo dateng ke sekolah setelah semua orang tahu lo lagi hamil. Hm, punya muka berapa lo berani gitu?"

Suara itu membuat Nayla mengalihkan pandangan, tepat di hadapannya ada Zelina yang entah sejak kapan datang. Kini Nayla tahu jika cewek tersebutlah yang membongkar aibnya. Nayla tertawa miris, kali ini apa lagi yang akan dipermainkan takdir untuknya?

"Lo---"

"Apa? Kaget kalo semua orang udah tahu kalo lo hamil? Mungkin kalo waktu itu gue nggak lihat lo pergi ke apotek gue nggak bakalan tahu kalo lo lagi hamil." Zelina tersenyum senang karena rencananya berhasil.

Kini tinggal sedikit lagi ia bisa menyingkirkan Nayla dari kehidupan Devano.

"Pake ngaku-ngaku itu anak Devano lagi, nggak tahu malu banget sih!" Zelina tertawa puas. "Jalang kayak lo mana mungkin ngelakuin sekali, iya nggak guys?"

Semua pasang mata yang sedari tadi menyaksikan mengangguk membenarkan, bahkan sebagian dari mereka menyoraki Nayla dengan umpatan-umpatan kotor.

Nayla muak mendengarnya, namun sebisa mungkin ia tidak boleh lemah. Ia harus kuat, tak ingin menjadi pribadi yang rapuh seperti sebelumnya.

"Lo nggak tahu yang sebenarnya jadi mending lo diem deh, gue nggak ngaku-ngaku tapi kenyataan ini emang sulit di terima oleh Devano." Nayla melipat kedua tangannya di depan dada, ia tersenyum sinis pada Zelina.

"Siapa bilang itu anak gue?" Suara seseorang mengagetkan Nayla dan membuatnya menoleh.

Tepat di belakangnya ada Devano yang berdiri dengan senyum sinis. Nayla menggeram tertahan, ingin sekali menonjok muka menyebalkan seorang Devano Putra Aldebaran.

"Masih aja keras kepala lo, gue bilang itu bukan anak gue ya bukan!" Umpat Devano. "Perempuan kayak lo nggak mungkin ngelakuin itu sekali, dan lo nyalahin gue atas kesalahan yang nggak gue perbuat. Waras?"

Zelina menganga di tempat, ia pikir Devano akan membela Nayla tapi ternyata tidak. Wah, Zelina harus mengambil kesempatan yang jarang ia dapatkan. Harus!

"Bener tuh!" Tutur Zelina, membenarkan perkataan Devano. "Lo kan jalang, berapa banyak laki-laki yang lo tidurin?"

Nayla tertawa saja, astaga mereka benar-benar membuatnya ingin terus tertawa. Miris karena manusia selalu memandang orang lain dari segi luar. Penampilan selalu menjadi tolak ukur seseorang untuk menilai orang. Lucu sekali bukan?

"Gue jalang? Yang bener aja, bukannya lo yang jalang disini ya Zel? Lo kan sering tuh masuk hotel sama om-om bukannya itu yang namanya jalang?"

"Berisik lo, anak haram!" Zelina menggeram tertahan. Napasnya memburu, perkataan Nayla sukses membuatnya marah. "Lo itu cuma anak haram yang ngga tahu malu! Sekarang lo pun jadi jalang, nggak heran sih. Ibu lo dulu juga jalang 'kan?"

NAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang