NAYLA - 13

2.7K 301 4
                                    

"Katanya anak adalah titipan dari Tuhan yang seharusnya dijaga dan disayang. Namun mungkin untuk aku tidak, karena aku adalah anak yang tak diinginkan dan menjadi beban."

_Nayla Shaquille Assadiq

Nayla merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya, matanya menatap ke arah jendela.

Kejadian akhir-akhir membuatnya lelah, mulai dari insiden ia menabrak mobil yang ternyata itu adalah milik ayah Devano. Seakan takdir selalu membawanya ke cowok itu hari ini ia kembali berhadapan dengan apapun yang menyangkut Devano.

Bahkan ia membela cowok itu ketika dia tengah bertengkar dengan ayahnya, entahlah menurut Nayla sikap ayah Devano terlalu keras dan egois.

Mendengar cerita Devano tempo hari, ia kembali yakin jika hubungan antara ayah dan anak tersebut tidak pernah baik-baik saja.

Seperti dirinya yang tidak memiliki hubungan yang baik dengan budhenya.

"Nayla?"

Kepalanya ia tolehkan, seketika Nayla mendengus malas saat melihat Jevan kini tengah berdiri di ambang pintunya.

Ia masih sedikit kesal pada cowok tersebut, masih sedikit tidak percaya dengan perkataan abangnya kemarin.

"Masih marah ya?" Jevan mendekat ke arah Nayla.

Nayla diam, tidak ingin menjawab pertanyaan dari abangnya tersebut. Ia sedang tidak ingin mengatakan satu kata pun.

"Nayla, abang lagi bicara kamu."

Merasa jengah, Nayla mengubah posisinya menjadi duduk bersender.

"Kalo orang yang paling percaya sama abang nggak percaya sama abang lagi? Gimana rasanya? Gak enak 'kan?"

Jevan menghela napas, ia mendudukkan badannya di tepi kasur Nayla. Tangannya mengusap pucuk kepala saudaranya tersebut.

"Maafin abang ya, abang gak tahu. Selama ini abang kurang perhatian sama kamu sampai abang gak tahu tentang kamu sedikitpun." Ucap Jevan merasa bersalah.

Nayla menghela napas, "Udah Nayla maafin."

Jevan tersenyum, "Tadi ada laporan dari sekolah katanya kamu bolos, kamu pergi kemana hm?"

"Temen aku sakit, aku jengukin." Ucap Nayla.

"Tapi lain kali jangan bolos ya, gak baik. Lagipula nanti kamu dimarahin mama kalo dia tahu."

"Aku diem aja dimarahin, emang akunya aja yang serba salah. Iya 'kan?" Nayla menatap abangnya.

Jevan menggeleng, "Kalo kamu berubah lebih baik mama bakal sayang sama kamu kok. Abang yakin."

"Nayla mau pergi ke rumah Bara, ada yang pengin Nayla omongin." Nayla beranjak dari kasurnya.

Jevan mengangguk, "Hati-hati, jangan pulang kemaleman ya."

Nayla memilih untuk tidak bersuara, ia melangkahkan kakinya keluar kamar dan melangkah menuruni anak tangga.

Ada sesuatu hal yang ingin ia bicarakan dengan temannya itu, untunglah rumah Bara tidak terlalu jauh dan hanya berjarak beberapa kilometer saja.

Saat ia ingin mengetuk pintu rumah Bara, pintu sudah terlebih dahulu terbuka. Menampilkan sosok wanita paruh baya yang kini tersenyum ramah padanya.

"Eh Nayla, mau ketemu Bara ya? Ayo masuk."

Nayla tersenyum pada Nadia, bunda Bara tersebut. "Iya tante, Bara nya ada kan tan?"

"Ada kok, dia ada dikamarnya. Gih sana samperin aja, tante mau bikin minum dulu." Ucap Nadia.

NAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang