NAYLA - 25

2.6K 259 55
                                    

"Mungkin, kita hanyalah dua insan yang ditakdirkan untuk saling menyapa. Bukan bersama."

_Nayla Shaquille Assadiq

Mata cantik itu perlahan terbuka, ia mengerinyit bingung ketika melihat tempat di sekelilingnya. Dimana dia?

Pandangannya jatuh pada pakaian yang berserakan dilantai, tubuhnya menegang. Baru ia sadari jika kini ia tidak memakai sehelai pakaian apapun. Hanya selimut yang menutupi tubuhnya.

Disampingnya seorang cowok masih tertidur pulas, sekelebat bayangan tiba-tiba muncul. Air matanya jatuh seketika, ia ingat dimana Devano mencium bibirnya dan dengan bodohnya ia malah membalas ciuman cowok itu.

Hingga kejadian yang tidak pernah Nayla impikan akhirnya terjadi. Kesuciannya terenggut atas kesalahannya sendiri. Sungguh Nayla sangat malu atas apa yang ia perbuat.

Kini pandangan orang padanya selama ini terbukti benar, bahwa dirinya memang begitu menjijikkan. Ia begitu hina.

Terganggu mendengar tangisan Nayla, Devano akhirnya terbangun. Matanya menatap Nayla bingung, hingga kebingungannya terjawab sudah saat melihat pakaiannya berserakan di lantai.

"Nay..." Lirih Devano.

Gadis itu berbalik menatapnya, air matanya berlinangan. Devano merutuki kebodohannya.

"Gu-gue u-udah ng-nggak su-suci la-lagi, Devano gu-gue,"

"Ssst, jangan nangis. Maafin gue Nay, gue brengsek. Gue bajingan, gue bener-bener minta maaf. Maaf, maaf." Devano membawa Nayla dalam pelukannya.

Nayla semakin terisak, harga dirinya seakan runtuh begitu saja. Kini dirinya tidak suci lagi, ia hina. Ia menjijikkan, ia membenci fakta bahwa dirinya begitu hina sekarang.

Untuk apa ia tetap hidup? Jika hidupnya seperti ini? Nayla ingin mati saja. Nayla ingin ketemu mama.

"Gue benci diri gue sendiri! Gue menjijikkan, gue nggak suci lagi! Gu-gue hina, gu-gue gak pantes hidup." Rasanya begitu sakit, Nayla tidak bisa menahannya lagi.

"Jangan ngomong gitu, ini salah gue. Gue janji, gue bakal tanggungjawab. Gue akan perbaiki semuanya. Gue janji." Devano mengelus pipi Nayla lembut.

Perlahan tangis Nayla terhenti, ia menatap Devano. Kini hidupnya bergantung pada cowok itu, ia takut jika Devano akan meninggalkannya saat ia sangat membutuhkan cowok itu. Ia takut.

"Sekarang, lo siap-siap ya gue anter lo pulang." Ucap Devano.

Nayla mengangguk, ia menatap pakaiannya yang tergeletak di lantai. Mengambil pakaiannya lalu memakainya kembali. Entah kenapa rasanya begitu aneh, Nayla benci ini.

Setelah keduanya selesai, mereka beranjak dari kasurnya. Nayla mencekal tangan Devano membuat Devano menatapnya bingung.

"Lo nggak akan ninggalin gue 'kan?" Nayla benar-benar takut, takut jika Devano meninggalkannya.

Devano tersenyum, "Nggak akan. Gue janji."

Nayla balas tersenyum , semoga saja perkataan Devano kali ini benar-benar serius. Semoga saja janji cowok tersebut dapat ditepati.

Keduanya lalu turun dari kamar, mereka berjalan beriringan.

"Deva!"

Baik Nayla dan Devano menolehkan kepalanya pada suara yang tak jauh dari mereka. Nayla menautkan alis bingung ketika melihat sosok perempuan kini tengah berjalan kearahnya dengan senyum cerianya.

NAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang