______________Sejak kecil Light selalu mendapatkan apapun yang diinginkannya. Mainan, pakaian baru, bahkan Sepeda dengan lonceng. Tidaklah heran jika begitu, Light adalah anak pertama dari Keluarga Yagami. Ibunya selalu memanjakannya, Ayahnya selalu memberikan seluruh kasih sayang padanya. Bahkan saat Adik Perempuannya lahir ke Dunia, Orang tuanya tetap memperlakukan Light dengan sama. Itu adalah Surga bagi semua anak di Dunia.
Tapi itu tidak bertahan selamanya.
Saat berusia 9 tahun, Light mulai menunjukan perbedaan antara dirinya dan anak lain. Disaat anak-anak lain bermain keluar dengan Teman seusianya, Light hanya diam di Rumah sambil memecahkan teka-teki silang yang pertanyaannya untuk anak berusia 15 tahun. Disaat anak lain bermain petak umpet, Light justru sedang membaca Novel misteri sambil menebak-nebak jalan cerita yang ada di dalamnya.
Sachiko merasa khawatir dengan Light. Maka dari itu, wanita itu mulai membelikan beberapa mainan yang belum dimiliki anaknya. Dengan harapan bahwa Light akan kembali jadi anaknya yang manis dengan mainan di tangan, bukan Novel dengan genre Detektif.
Tapi Light tidak mempedulikannya, dia hanya mengucapkan Terimakasih dan kembali menyelam pada kegiatan membacanya. Light tau Ibunya khawatir karena sikapnya ini, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Dengan hanya mainan, tidak dapat memuaskan rasa bosan yang dialami Light belakangan ini.
Tapi tetap saja, Light tidak ingin mengecewakan Ibunya. Maka dari itu, dia menjadi giat belajar untuk mendapatkan nilai sempurna untuk ditunjukkan pada Ibunya. Awalnya Light tidak begitu peduli pada nilai sempurna, karena Orang tuanya pun tidak memaksa Light seperti itu. Tapi sekarang, Light akan berusaha untuk menyenangkan Ibunya.
Ternyata, hal itu menjadi Boomerang bagi dirinya sendiri.
Saat melihat nilai ujian Light, Ibunya sangat bahagia dan langsung memeluknya. Memasakan semua makanan kesukaannya, dan mencoba memberikan apapun yang diinginkan oleh Light.
Light ikut senang karena hal itu. Jika memang nilai sempurna bisa membuat Ibunya senang, maka Light akan berusaha mendapatkannya setiap saat.
Tapi Keesokan harinya, setelah Ibunya berbicara dengan Wali Kelas Light, sikapnya mulai berubah. Dia bisa berasumsi kalau mereka tengah membicarakan Kejeniusan Light. Setiap Light pulang Sekolah, biasanya Ibunya akan mengucapkan Selamat datang sambil membicarakan hari-harinya di Sekolah. Tapi sekarang, Ibunya masih menyambutnya, dilanjutkan dengan permintaan kertas ujian Kuis miliknya. Tidak ada percakapan lainnya, hanya tawaran makan dan hal lain yang menurut Light tidak begitu penting daripada pertanyaan cerewet Ibunya.
Sikap itu terus bertahan berbulan-bulan. Percakapan keduanya hanya mengacu pada makan, tidur dan ujian. Sikap memanjakan Ibunya kini beralih sisi ke Adiknya, Sayu. Light tidak akan pernah cemburu pada Sayu, bagaimanapun Gadis kecil itu adalah Adik satu-satunya. Tapi Light hanya heran dengan perubahan sikap Ibunya, apa yang dilakukan Light itu salah?
Light kemudian berhenti berharap, dia mulai terbiasa menjalani rutinitas monoton bersama Keluarganya. Ibunya hanya peduli pada nilanya, Ayahnya terlalu sibuk pada Pekerjannya, sedangkan Sayu hanya terpaku pada Kejeniusan Kakaknya. Light memang masih menunjukkan senyum hangatnya, tapi hatinya sudah terlanjur membeku karena sikap mereka.
Saat beranjak Remaja, Light memulai sikap baru. Pulang, serahkan kertas ujian lalu memasuki Kamarnya. Terkadang dia tidak ikut makan malam karena terlalu lelah dengan semuanya.
Selama belakangan ini, yang menyelamatkan Light dari kebosanan adalah memecahkan Kasus-kasus Kepolisian yang dia dapatkan dari kemampuan Hacking-nya. Light terbiasa memecahkan Kasus tanpa memberitahu Identitasnya. Meniru apa yang dilakukan Idolanya, L.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Way [✓]
FanfictionDia hanya Pemuda biasa dengan selera humor rendahan. Hampir semua hal sepele dapat ditertawakan olehnya. Hingga dia tidak pernah tau harus tertawa atau menangis saat tertarik pada seorang pembunuh yang bersembunyi dalam kedok keadilan. Spoiler untuk...