Is That Justice?

100 18 2
                                    

__________













Hanya ada kegelapan di setiap pandangan matanya.

Light mencoba memfokuskan pikiran dan mencari cara keluar dari sini. Dia tahu kalau ini adalah mimpinya, jadi dia akan berusaha untuk keluar dari sesuatu yang selama ini selalu dihindarinya.

Setelah beberapa saat, masih tidak ada apapun disana. Light tidak berani melangkah karena takut terjadi sesuatu di kegelapan. Meskipun ini hanya mimpi, Light tetap merasa takut dengan mimpi yang terasa sangat nyata ini.

Tiba-tiba cahaya menyinari tempat Light berdiri. Cahaya itu sangat terang hingga membuat Light menutup matanya. Kegelapan sudah hilang dan digantikan dengan cahaya yang menerangi tempat itu.

Membuka kelopak matanya perlahan, Light mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya. Setelah terbiasa dengan cahaya, Light mengamati lingkungan sekitar.

Hanya ada warna putih di setiap penglihatannya. Kemanapun Light mengalihkan pandangan, warna putih akan menyambut dirinya.

Light menghela nafas lelah melihat mimpinya yang selalu sama. Hampir setiap hari Light akan bermimpi seperti, terkadang dia juga akan bermimpi berdiri diatas ribuan mayat yang telah ia bunuh. Awalnya itu sangat mengerikan, tapi lama-kelamaan Light terbiasa dan mencoba mengabaikannya.

Semenjak saat itu, mimpi Light lebih sering tentang lingkungan serba putih ini. Dan dia hanya perlu menunggu untuk bangun dari alam bawah sadarnya.

Dorr!

Mendengar suara tembakan di belakangnya, Light berbalik dan langsung menyesal setelahnya. Ingatannya tentang kejadian beberapa jam yang lalu mulai masuk ke kepalanya. Rasanya begitu menyakitkan seolah ada aliran listrik yang terus menyetrumnya. Light menjerit dan berlutut untuk menjambak rambutnya, berharap agar rasa sakit di kepalanya menghilang.

Beberapa saat kemudian, rasa sakitnya mereda. Meskipun fakta ia tidak perlu bernafas disini, Light tetap menarik dan menghembuskan nafas dengan cepat. Seolah mencoba menghirup semua oksigen yang ada di tempat ini.

Setelah merasa tenang, Light menutup matanya sejenak dan membukanya kembali untuk menatap lurus kedepan.

Seorang wanita cantik dengan pakaian kantor tengah berdiri tidak jauh dari tempat Light. Wanita itu terlihat normal jika bukan karena fakta bahwa Light melihat lubang peluru di kepalanya. Rambutnya yang hitam panjang telah ternoda dengan cairan merah. Begitu juga dengan pakaian yang seharusnya anggun, telah tercemar oleh zat yang menunjang kehidupan manusia.

Wanita itu berdiri tegak dengan darah yang melumuri tubuhnya. Tidak lupa dengan pistol yang masih dipegang olehnya.

Pembunuh

Light mengalihkan pandangan, mencoba mencari asal suara tersebut. Suara itu terdengar jauh tapi sebenarnya begitu dekat. Light tidak bisa memastikan asal suara itu.

Pembunuh

"Siapa itu?!"

Light masih keras kepala untuk mencari pusat suara itu. Hingga dia tidak menyadari mayat wanita itu yang melangkahkan kakinya mendekati Light secara perlahan.

Pembunuh

Light mengembalikan pandangannya kedepan. Dia tersentak ngeri saat melihat jarak antara dirinya dan wanita itu telah menipis. Meskipun kakinya goyah, Light mencoba mundur dalam keadaan duduk dengan tergesa-gesa. Rasa takut kini benar-benar menguasainya.

Pembunuh

Barulah Light menyadari kalau suara itu berasal dari mayat wanita yang ada di depannya. Jantungnya berpacu cepat dan ia terus mencoba menjauhkan jarak antara dirinya dan wanita itu.

Another Way [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang