_________________
Setelah pembicaraan Light dan Sei, keduanya kembali menemui Rei.
Dia tidak tahu apa yang dibicarakan oleh keduanya. Mengapa dia tidak boleh mendengarnya? Mungkinkah itu hal yang akan membahayakan identitas lain Light? Meskipun mencoba untuk berpikir positif, Rei tetap saja khawatir dan gelisah setiap waktu.
Rei menunggu Kakaknya pergi ke dapur untuk membuat makan malam, maka dia bisa menanyai apa yang dibicarakan dengan Sei pada Light.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Rei pada Light yang duduk di depannya.
Light mengangkat bahu pelan dan bergumam, "Tidak ada yang penting."
"Iya, apa? Jangan membuatku semakin penasaran. Katakan saja."
"Dia hanya bertanya bagaimana kita bertemu dan pembicaraan tentang Kira."
Dahinya mengerut saat mendengar itu. Mengapa Sei membicarakan tentang Kira? Pembicaraan tentang dirinya mungkin wajar, tapi mengapa Sei membahas masalah Kira dengan Light? Apakah mungkin Sei curiga pada Light? Tapi, itu tidak mungkin. Dari semua orang yang ada, tidak mungkin Saudaranya akan mencurigai Light. Apalagi Sei tahu kalau temannya itu adalah Putra Police Chief.
Sebelum Rei mengajukan pertanyaan lain, Light menaruh telunjuk di bibirnya dan matanya melesat kearah dapur. Rei mengalihkan pandangan dan melihat Kakaknya tengah menata meja makan. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dapat membuat resiko terdengar semakin tinggi.
Rei menghela nafas pasrah dan mengangguk.
Beberapa menit membosankan akhirnya terlewat dan makanan sudah siap. Mereka bertiga duduk di meja makan dan siap untuk makan malam. Sebenarnya tidak juga, waktu sekarang terlalu dini untuk disebut makan malam, tapi mereka tidak terlalu mempermasalahkannya.
"Masakanmu sangat enak."
"Terimakasih."
"Aku tidak berpikir kau adalah tipe Pria yang suka memasak."
"Tidak juga. Aku belajar memasak karena berpikir untuk tidak terlalu bergantung pada Istriku nanti. Jika Istriku sakit, maka siapa lagi yang harus memasak-kan? Kita tidak bisa memberikan segalanya pada Asisten rumah tangga. Ditambah memasak adalah sesuatu yang seharusnya bisa dilakukan oleh semua orang tanpa melihat gender."
"Aku mengerti, kau memang Pria yang sempurna."
"Sekali lagi, terimakasih."
Keduanya kembali ke makan masing-masing. Meninggalkan Rei yang membeku karena melihat keakraban keduanya. Sejak kapan Kakaknya dan Light menjadi begitu akrab? Dimana suasana canggung 2 hari yang lalu? Dimana intimidasi dan kekesalan mereka pergi? Terlalu banyak yang harus dipertanyakan.
Melihat keduanya yang tidak sadar pada kebingungan Rei, dia membuka suara. "Apakah pembicaraan kalian membuat dampak baik?"
"Bisa dibilang begitu," jawab Sei yang bahkan tidak repot-repot menatapnya, sedangkan Light mengangkat bahu dan memberi isyarat persetujuan.
"kalau begitu aku senang. Kau tidak akan menganggu kegiatanku dengan Light, Nii-sama."
"Aku tidak pernah mengganggu kalian."
Mau tidak mau Rei tertawa kecil. Meskipun akhir-akhir ini kehidupannya cukup tegang, dia tak akan menghilangkan kebiasaan tertawa dengan hal sepele. Sangat menyenangkan melihat sifat tidak mau mengaku Kakaknya.
Mereka bertiga melanjutkan makan hingga beberapa saat kedepan. Setelah selesai, Light membantu membereskan meja makan dan bahkan berniat untuk cuci piring, tapi Saudaranya mencegah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Way [✓]
FanfictionDia hanya Pemuda biasa dengan selera humor rendahan. Hampir semua hal sepele dapat ditertawakan olehnya. Hingga dia tidak pernah tau harus tertawa atau menangis saat tertarik pada seorang pembunuh yang bersembunyi dalam kedok keadilan. Spoiler untuk...