Interesting Situation

177 32 1
                                    


______________

Saat akan hampir akhir tahun, Rei ingin bersantai di Kamarnya sambil menonton Film atau yang lainnya. Bergadang untuk menyelesaikan Skripsi benar-benar membuatnya muak, yang Rei inginkan saat ini hanyalah beristirahat. Tapi dia terpaksa harus jauh-jauh ke Tokyo untuk menemui Temannya yang sedang berulang tahun.

Jadi sekarang dia sedang duduk di Kereta Yamanote, tepatnya di pojokan pintu yang terhubung dengan Gerbong lain. Tangannya bersedekap dan mencoba tidak terlalu memperlihatkan kekesalan.

Saat tiba di Stasiun Kanto, beberapa Penumpang naik ke Kereta. Hingga Kereta itu tampak hampir penuh dan membuat Rei bertambah kesal.

Seseorang masuk dan berdiri di depannya, tangannya memegang gagang penyangga pintu. Rei agak terganggu dengan itu, pemandangan luar jadi terhalang karena Pria itu.

Kereta kembali berjalan. Rei menyandarkan punggungnya di beton dingin. Karena perjalanan ke Tokyo sekitar 1 jam, dia akan menutup mata sejenak.

Baru beberapa menit dia menutup mata...

"......berapa banyak Agen FBI yang datang ke Jepang?"

Meskipun samar, Rei masih bisa mendengar apa yang dikatakan Pria di depannya ini. Matanya masih tertutup untuk mencegah tuduhan pengupingan.

Perkataan Pria itu cukup aneh. Kenapa dia membicarakan tentang Agen FBI di Kereta? Apa mungkin dia Agen yang menyamar? Tapi tidak. Pria itu bertanya berapa banyak Agen FBI yang datang ke Jepang? Itu artinya Pria itu tidak tahu apapun tentang FBI. Lalu apa maksudnya dia ingin mengetahui tentang hal pribadi itu? Dan lagi dengan siapa dia berbicara?

".....tulis nama Agen yang secara langsung memerintahkan kalian."

Tulis nama Agen? Apa maksudnya itu? Ataukah mungkin Pria ini adalah Teroris yang sedang menargetkan FBI? Jika memang begitu, Rei harus memberitahu seseorang tentang ini. Tapi siapa yang akan percaya pada Remaja berusia 19 tahun? Polisi mungkin saja akan berbalik memarahinya karena mengira Laporan Rei hanyalah lelucon murahan.

Rei memusatkan pendengaran ke Pria di depannya ini. Diam-diam membuka Ponselnya untuk merekam. Mungkin saja ini dapat dijadikan bukti.

"....itu File nama dan wajah Agen-agen FBI yang datang ke Jepang."

Tunggu...tunggu, Perkataannya tadi seolah menyiratkan kalau Pria ini tidak sedang berbicara di Ponsel. Seolah-olah Pria ini sedang mengawasi seseorang. Rei membuka matanya perlahan, mencoba mengintip kemana arah pandangan si Pria.

Meskipun wajahnya tertutupi Hoodie, Rei masih bisa menyimpulkan arah pandangan Pria ini. Pandangannya menuju gerbong lain dibalik Pintu ini. Lebih tepatnya kepada Pria yang sedang duduk di salah satu kursi. Laptopnya bertumpu di paha dan tangannya sibuk menulis sesuatu yang entah apa.

Rei mengamati penampilan Pria itu. Tubuh tegapnya dibalut dengan mantel besar yang hampir menutupi seluruh tubuhnya, dibalik mantel itu ada semacam seragam Kantor. Matanya biru muda hampir pucat, kulitnya putih susu dan rambutnya disisir rapi. Rei bisa menyimpulkan kalau usia Pria itu kira-kira 25 atau lebih dan cukup jelas dia bukan orang Jepang asli, mungkin Blasteran.

"....taruh Transceiver dan amplop ke rak atas."

Beberapa menit setelah Pria di depannya bicara, Pria dibalik Gerbong menaruh sebuah amplop ke Rak atas tanpa ada yang menyadarinya. Setelah melihat langsung, Rei semakin yakin kalau Pria di depannya tengah berbicara dengan Pria dibalik Gerbong. Tapi masih banyak yang harus diluruskan disini.

Rei menunggu Pria di depannya kembali berbicara. Tapi, hampir setengah jam Pria ini hanya diam. Hingga membuat Rei kebingungan, apa yang sedang ditunggu olehnya? Rei kemudian melirik ke Pria dibalik Gerbong, dan ternyata dia juga sama diamnya.

Karena tidak ada tindakan, Rei akhirnya menyerah menunggu sesuatu.

Akhirnya sampai di Peron Stasiun Tokyo. Rei akan melangkah keluar, tapi niatnya diurungkan saat melihat Pria dibalik Gerbong keluar dari Kereta diikuti oleh Pria di depannya. Karena masih penasaran, Rei diam-diam mengikuti dari belakang.

Hingga betapa kagetnya dia saat melihat Pria dibalik Gerbong mencengkram dadanya dan kemudian terjatuh. Rei begitu heran dengan ketidaksadaran orang-orang terhadap kejadian ini.

Pria itu berusaha untuk melihat kedalam Kereta. Matanya membelakak saat melihat Pria di depan Rei tadi. Pria itu menggumamkan sesuatu sebelum tidak sadarkan diri. Karena Rei sudah mempelajarinya dari kecil, dia bisa membaca gerakan bibir dari jarak tertentu.

Yagami...Light.

"Sayonara, Raye Penber."

Bahkan sebelum Rei memikirkan nama yang disebutkan itu, dia kembali dikejutkan dengan Pria di depannya ini yang seolah tau kalau orang yang bernama Raye Penber ini akan ambruk. Apalagi ditambah dengan ucapan perpisahan yang dibaluti dengan nada merendahkan.

Rei membelakkan matanya saat menyadari sesuatu.

Agen FBI

Tulis nama Agen

Wajah Agen

Sayonara

Kira membutuhkan wajah dan nama untuk membunuh

Rei kemudian menyadarinya. Yang terjadi tadi bukanlah kebetulan. Pria di depannya ini adalah Kira! Rei 100℅ yakin akan hal itu.

Sebelum Rei berteriak, Pria itu membuka Beanie Hat. Rei masih belum bisa melihat wajahnya karena Pria itu membelakanginya. Badannya berputar kearah Rei secara perlahan, hingga membuat jantungnya berdetak kencang.

Saat mereka berhadap-hadapan, wajah mereka menunjukkan kekagetan yang sama tapi dengan penyebab yang berbeda.

Rei sangat kaget saat melihat wajah Kira si pembunuh massal. Salahkah dia karena berharap seorang pembunuh memiliki wajah jelek dengan raut Psikopat? Tentu saja tidak. Tapi Rei harus menerima kenyataan kalau ekspetasi berbeda dengan realita.

Rei mendapati dirinya terpesona dengan penampilan Pria ini. Wajah Ovalnya dihiiasi dengan hidung mancung, bibir kecil yang tidak terlalu tebal dan matanya yang merah tua secara tiba-tiba berubah jadi Coklat muda. Pria ini lebih pendek 1 cm dari tubuh Rei. Badan si Pria dibalut dengan Hoodie kebesaran berwarna putih dengan garis merah dibahunya, kaki jenjangnya dilapisi dengan celana panjang dengan warna senada. Yang paling membuatnya kagum adalah rambut Pria itu berwarna Coklat hampir kemerahan yang sepertinya sangat lembut saat disentuh.

Saat melihat pemandangan itu, satu kata yang terlintas di benak Rei.

Cantik.

Rei tidak bisa mengedipkan mata pada penampilan Pria itu, atau mungkin Rei harus berhenti memanggilnya Pria itu, karena dilihat darimanapun, Kira itu masih remaja.

Seringai kecil tumbuh di bibirnya, Rei tidak pernah menyangka akan secara langsung bertemu dengan Kira. Hilang sudah rasa takut tadi, digantikan dengan kesenangan yang tidak bisa dijelaskan. Matanya berkedip nakal pada ekspresi kaget Kira.

Ah...atau Rei harus memanggilnya Yagami Light.

Situasi ini benar-benar menarik.

Another Way [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang