Warning!
•Gore
•Penyiksaan fisik & mental
•Permainan pisau dan darah di mana-mana____________
Kepalanya berdenyut menyakitkan dan badannya begitu pegal.
Itulah yang dirasakan Light saat bangun dari pingsan—dia bahkan tidak sadar dirinya pingsan.
Seingatnya tadi, dia tengah berbincang dengan L. Lalu berpisah karena Light memutuskan untuk menenangkan diri dengan beristirahat di rumah. Saat di pertengahan jalan, dia memang merasakan seseorang tengah mengikutinya. Dan yang terakhir diingatnya adalah kepalanya yang sakit seolah dipukul oleh benda tumpul.
Sekarang ia tengah duduk di kursi dan sebuah tali melilit tubuhnya dengan erat. Pandangannya masih kabur, tapi beberapa saat kemudian pandangannya membaik. Saat melihat kedepan, ia cukup terkejut menemukan Hikaru beberapa cm darinya dan tengah berdiri sambil menatapnya.
Kenapa Hikaru ada disini?
Light mengedarkan pandangannya. Dan firasatnya benar, ini adalah kamar yang ditempati Light dulu. Bisa dibilang ini adalah kamar kedua setelah kamar Hikaru.
Melihat dirinya diikat dan Hikaru menatapnya dengan tajam, Light langsung menyatukan teka-tekinya.
Hanya saja dia masih belum mengerti alasan Hikaru melakukan ini.
"Apa kau sudah puas berfikir?"
Nada suara yang begitu sarkastik itu membuat Light sedikit gelisah. Tapi, dia hanya akan merugikan diri sendiri jika menunjukkan reaksi diluar karakternya.
"Ya, aku heran mengapa bisa ada disini lagi." Light bergumam dengan nada suara yang tenang.
"Kenapa? Kau tidak suka kamar ini?" tanya Hikaru sambil bersedekap dada.
Light sedikit meliriknya. Hikaru masih menatapnya tajam, hanya saja matanya tidak memancarkan apapun. Hingga sulit bagi Light untuk menebak pikiran sebenarnya dari Dokter itu.
"Ya dan tidak. Kamar ini cukup bagus, tapi desainnya untuk perempuan. Jadi aku tidak terlalu memfavoritkannya." Light berusaha terlihat santai, meskipun agak sulit karena kondisi tubuhnya.
Ekspresi rumit terlihat di wajah Hikaru.
"Apa kau tahu kamar siapa ini?" tanya Hikaru.
"Tidak..." Sebenarnya Light memiliki tebakan. Bisa saja Orangtua atau Saudara, tapi melihat tidak adanya kehadiran mereka, Light tidak ingin mengambil resiko dan membuat Hikaru tersinggung.
Hikaru melangkah mendekati Light, lalu kembali berjalan menuju rak di sebrang ranjang. Light memperhatikan saat Hikaru membuka laci kedua dan mengambil sesuatu.
Setelah itu, Dokter itu kembali melangkah mendekati Light dengan ekspresi yang masih sulit diuraikan. Dalam perjalanannya, dia menyeret sebuah kursi tinggal dan duduk berhadap-hadapan dengan Light.
Tatapannya begitu intens dan dingin, hingga membuat Light sulit menatap langsung pada mata Hikaru.
"Apa menurutmu dia cantik?" tanya Hikaru sambil memperlihatkan sebuah foto berisi seorang wanita yang tengah berpose.
Light berkedip kebingungan. Wajah itu terlihat....familiar? Tapi, mengapa menanyakan sesuatu yang aneh semacam itu?
"Ya...dia cantik."
Light menatap Hikaru dengan hati-hati. Raut wajah Dokter itu masih tidak berubah.
"Apakah dia terlihat baik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Way [✓]
FanfictionDia hanya Pemuda biasa dengan selera humor rendahan. Hampir semua hal sepele dapat ditertawakan olehnya. Hingga dia tidak pernah tau harus tertawa atau menangis saat tertarik pada seorang pembunuh yang bersembunyi dalam kedok keadilan. Spoiler untuk...