______________
Seihiro bukanlah Kakak sempurna yang langsung tahu keadaan berbeda Adiknya, tapi ia bisa merasakan sikap Adiknya yang berubah semenjak kembali dari suatu tempat kemarin.
Senyuman humoris sudah tidak terlihat di bibirnya, pancaran mata yang menunjukkan kenakalan juga hilang, dan paling penting adalah jejak air mata yang terlihat tepat saat Adiknya kembali.
Sebenarnya apa yang terjadi?
"Rei, semua baik-baik saja?" tanya Seihiro untuk kesekian kalinya. Dan untuk kesekian kalinya juga, Saudaranya mengangguk dengan senyuman yang sama sekali tidak mencapai matanya.
Seihiro menghela nafas. Dia cukup lelah menghadapi tingkah Saudaranya dan yang lebih penting dia khawatir dengan kesehatan Rei.
Firasatnya mengatakan keadaan Rei sekarang ada hubungannya dengan Light. Bagaimanapun, ia sangat menyadari perasaan yang dimiliki Adiknya untuk Light. Jika keadaan Rei seburuk ini, kemungkinan besar ada hubungannya dengan Light.
"Aku akan ke kamarku."
"Tunggu."
"Iya?" Melihat raut wajah Rei yang entah kenapa semakin menyedihkan dan menyakitkan, Seihiro menjadi tidak tega harus menanyainya terus.
"Tidak, kau boleh pergi."
Seihiro mengisyaratkan Rei untuk pergi. Saudaranya hanya mengangguk dan berjalan menuju kamarnya.
Untuk saat ini, Seihiro hanya berharap agar Rei dapat mengatasi segala masalahnya.
Rei berjalan dengan lesu saat menaiki tangga. Sesekali ia memijat keningnya karena rasa sakit yang mendera kepalanya. Dan wajahnya terlihat menyedihkan kini dengan kantung mata yang terlihat jelas.
Butuh beberapa saat hingga Rei sampai ke kamarnya. Ia membuka kenop pintu dan masuk ke kamarnya, lalu menutup kembali pintu dan menguncinya.
Seolah tidak memiliki kekuatan lagi, tubuh Rei merosot hingga terduduk sambil bersandar pada pintu. Kakinya ditekuk dan ia menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan. Beberapa saat Rei berada dalam posisi itu hingga isakan tangis terdengar.
Ini menyakitkan.
Sangat menyakitkan.
Tuhan seakan terus mengirimkan sebuah pisau transparan untuk menikam jantungnya. Rasanya seperti terbelah dan hancur secara perlahan. Berusaha mengukir rasa sakit ke kedalaman jiwanya hingga berakar.
Mengapa harus begini?
Mengapa ini harus terjadi?
Mengapa harus Light?
Semua rasa sakit ini terjadi akibat suatu hal yang terjadi kemarin.
_________________
Flashback
Semuanya dimulai saat sebuah buku misterius terjatuh ke hadapan L.
Disaat itu, L tengah meninjau segala hal yang berhubungan dengan kasus Kira. Karena kasus ini telah selesai, L ingin membereskan semuanya dan kembali ke Inggris. Sebenarnya dia masih nyaman berada disini, tapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
"Apa kita akan kembali ke Wammy House?" tanya Watari yang tengah membereskan beberapa barang.
"Ya. Ada kasus di Washington yang diajukan oleh Sir Rudolf. Dia bilang seseorang tengah meniru cara pembunuhan Jack the Ripper."
"Jadi kau ingin menyelesaikan kasus itu di Panti Asuhan kita?"
"Ya." L terdiam sejenak, lalu melanjutkan. "Dan lagi-aku ingin melatih Near dan Mello, seandainya aku tidak selamat hari ini, mereka akan menggantikanku. Sedangkan Matt, aku yakin dia tidak tertarik dengan hal seperti ini, tapi anak itu akan membantu Mello."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Way [✓]
FanfictionDia hanya Pemuda biasa dengan selera humor rendahan. Hampir semua hal sepele dapat ditertawakan olehnya. Hingga dia tidak pernah tau harus tertawa atau menangis saat tertarik pada seorang pembunuh yang bersembunyi dalam kedok keadilan. Spoiler untuk...