_______________
Kehangatan terasa saat sebuah selimut ditempatkan di tubuhnya. Cahaya redup menambahkan kesan tenang yang sangat pas jika ingin menonton film
Light mengangkat alis keheranan saat Rei menyodorkan semangkuk penuh popcorn dan minuman yang berisi entah apa. Melihat itu, Rei hanya mengedipkan sebelah matanya, membuat Light mendengus pelan.
"Apa kau membuat kamarmu menjadi bioskop?" tanya Light saat Rei telah selesai dengan apa yang dilakukannya dan duduk di sebelah Light.
"Ini agar semakin meyakinkan. Aku hanya ingin ini menjadi malam yang sangat istimewa untuk kita berdua."
Setelah mengatakan itu, Rei menggenggam telapak tangan Light dengan tangannya. Remaja berusia 17 tahun itu menatap datar Rei dan segera menepis tangan Pemuda itu. Dengan agak kesal, Light bersedekap dada.
Entah Rei sedang menggoda atau memang serius, Light tidak mau tahu itu. Yang paling penting, dia hanya berharap waktu yang dihabiskan untuk ini tidak akan sia-sia.
Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Light menerima ajakan Rei? Mengapa Light tidak fokus saja menghadapi L nanti? Ini bukanlah waktu untuk main-main.
Ya, poin terakhir sangat tepat. Dalam waktu ini, situasi Light bisa dibilang sangat serius dan berbahaya. Sedikit saja dia melakukan kesalahan, maka hidupnya yang akan terancam. L bukanlah musuh biasa. Dengan menyembunyikan nama dan wajahnya, untuk sementara Detektif itu berada satu langkah di depannya.
Kapan saja Top Detective itu mampu menjebloskannya ke jeruji besi.
Tapi, Light juga memiliki alasan melakukan ini. Alasannya adalah dia ingin menyenangkan diri. Dia tahu kalau situasinya akan semakin tegang bahkan gelap di masa mendatang. Jadi sebelum iti terjadi, Light ingin menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Alasan Light memilih Rei juga karena Remaja itu berpikir Rei adalah satu-satunya orang yang tahu identitas aslinya. Maka dari itu, Light tak perlu berakting saat di depannya.
Meskipun dia masih harus menyembunyikan beberapa hal.
Yang pasti, biarkan Light tersenyum tulus sebelum dia tersenyum palsu.
Melihat Light yang sepertinya tengah tenggelam dalam pikirannya, Rei dengan perlahan menepuk bahunya. Remaja di sampingnya sedikit terperanjat sebelum kembali ke posisi awal.
"Tolong jangan pikirkan apapun saat ini, biarkan pikiranmu terfokus pada film ini," ujar Rei saat melihat Light akan membuka suara.
Rei tersenyum saat melihat Light mendengarkan dan memfokuskan diri ke televisi. Dengan gemas dia mengusak rambut Light, membiarkan rambut yang sudah tertata rapi itu berantakan.
Light mendecakkan lidahnya dan menatap tajam Rei. Pemuda itu mengangkat tangan seolah menyerah. Bibirnya tertekuk kesal karena Rei selalu saja menghancurkan usahanya. Butuh hampir 30 menit Light merapikan rambutnya, dan Rei hanya perlu beberapa detik untuk memberantakannya.
Rei tersenyum geli saat Light berusaha mengembalikannya rambut ke semula. Mau berapapun identitas lain Light, Remaja itu tetaplah Remaja biasa yang suka memperbagus diri. Apalagi Light sepertinya atau mungkin memang seorang perfeksionis.
"Lihat, filmnya sudah dimulai."
Light menghentikan aksinya dan menatap ke televisi. Entah disengaja atau tidak, Rei mendekatkan dirinya. Apapun itu, untuk saat ini Light akan membiarkannya.
Kata pengantar dan semua tokoh telah diperlihatkan. Akhirnya filmnya akan dimulai.
"......"
"......"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Way [✓]
FanfictionDia hanya Pemuda biasa dengan selera humor rendahan. Hampir semua hal sepele dapat ditertawakan olehnya. Hingga dia tidak pernah tau harus tertawa atau menangis saat tertarik pada seorang pembunuh yang bersembunyi dalam kedok keadilan. Spoiler untuk...