EPISODE 64 S.2

58 5 1
                                    

"hmm?"

Lunetta mengangkat kepalanya keatas mencoba untuk menatap pria tinggi di hadapannya. Begitu juga dengan pria tersebut, ia menundukkan kepalanya, menatap Lunetta dengan tatapan dingin

"Paman pirang!" Lunetta menunjuk pria tersebut lalu tersenyum setelah memberinya sebuah nama panggilan

Terlihat jelas dari wajahnya, pria tersebut tidak menyukai sikap Lunetta padanya. Ia hendak akan mengabaikan Lunetta, namun ia berhenti saat menyadari warna dari rambut dan mata Lunetta

'tidak mungkin..' pikir pria tersebut saat melihat Lunetta, kemudian ia menyeringai

Lunetta menyaksikan pria di hadapannya menyeringai. Merasa takut, ia pun berlari masuk kedalam bangunan di belakangnya sembari memanggil Arlene dengan cemas. Arlene mendengar suara Lunetta memanggilnya, dengan hati-hati ia menaruh bayi di tangannya kemudian berlari menghampiri Lunetta

"Ada apa, Lunetta?"

Lunetta berlari kedalam pelukan Arlene "di depan ada paman pirang yang menyeramkan!" Arlene mengerutkan dahinya "paman pirang?" Arlene bertanya sembari mencoba untuk menenangkan Lunetta

"Ternyata disitu kau" ucap seseorang yang tak lain adalah pria pirang sebelumnya

Arlene melihat kearah pintu, berdiri di sana seorang pria bersurai pirang menggunakan jubah berwarna merah dipundaknya. Kedua mata Arlene membulat, pelukannya pada Lunetta mengerat

"Ja..had?"

Pria pirang tersebut adalah Jahad

Jahad mengabaikan Arlene dan Lunetta yang sedang menatapnya dengan ketakutan, ia menggeledah seluruh penjuru bangunan kecil tersebut, mendobrak setiap pintu yang ia temukan secara kasar

"dimana dia?"

Tak ada jawaban

Jahad memalingkan pandangannya pada Arlene "dimana dia?!"

Arlene tersentak "V...sedang keluar"

"Bukan dia. Maksud ku,"

"dimana bayi mu?"

Kata-kata tersebut menusuk hati Arlene, seakan-akan ia tahu apa yang akan terjadi jika Jahad bertemu dengan bayi nya yang bahkan belum berumur satu minggu. Dengan seketika sekelilingnya berubah menjadi gelap gulita, ia tidak bisa melihat dan mendengar apapun

Lunetta sadar bahwa Jahad sedang mengincar satu-satunya teman yang ia miliki. Dengan segera, ia berlari menuju sebuah pintu coklat yang tertutup di ujung ruangan kemudian berdiri membelakangi pintu tersebut sembari merentangkan kedua tangannya, menjaga pintu tersebut dengan tubuh kecilnya

"Tidak akan ku biarkan paman pirang mengambil bayi!!"

Jahad menatap Lunetta dengan geram. Ia berjalan menghampiri Lunetta secara perlahan, kepalanya menunduk karena amarah. Saat sudah sampai di hadapan Lunetta, ia mencengkram kepala Lunetta menggunakan tangan kirinya

"Akh!" Lunetta meringis

"Terimakasih sudah menunjukan dimana bayi itu berada. Sekarang, enyah lah."Jahad menyingkirkan Lunetta dengan kasar lalu berjalan memasuki ruangan di hadapannya

"Lunetta!" Arlene berlari menghampiri Lunetta dengan wajah khawatir "lunetta, kau harus segera pergi dari sini" jelas Arlene, tanpa basa-basi ia masuk kedalam ruangan dimana bayi nya berada

Lunetta mencoba untuk mengikuti Arlene kedalam ruangan tersebut, namun Arlene menahannya "Lunetta! Apapun yang terjadi, jangan pernah kembali lagi kesini. Apa kau mengerti?"

Lunetta menggelengkan kepalanya "Lunetta mau menjaga bayi!" Dan tepat setelah Lunetta mengatakan kalimat tersebut, suara tangisan seorang bayi memenuhi seluruh bangunan

Arlene mendorong Lunetta keluar dari ruangan tersebut, air mata keluar dari kedua mata, tangannya yang ia gunakan untuk mendorong Lunetta bergetar hebat

"cepat pergi!!!"

Melihat wanita di hadapannya begitu putus asa, Lunetta lari tanpa menoleh kebelakang sekali pun. Suara teriakan dan tangisan mulai memudar seiring ia berlari, ia hanya berlari lurus tanpa tujuan. Lunetta dapat melihat sebuah pohon besar tak jauh di depannya, ia berlari menuju pohon tersebut kemudian memanjat nya dan beristirahat di sana.

Lunetta mencoba untuk tidur, namun kepala nya terus saja memutarkan suara tangisan dan jeritan Arlene yang ia dengar saat berlari. Tidak hanya itu, ia juga kembali mengingat saat dimana seluruh klan nya di bantai hingga hanya diri nya yang tersisa

Ia tidak tahu siapa yang begitu kejam hingga tega membantai seluruh klan nya, tapi ia janji akan menemukan orang tersebut kemudian membalaskan dendam saudara-saudaranya. Ia juga akan mencari paman pirang yang mengganggu Arlene kemudian membalaskan dendamnya

Kruuuk

Lunetta memegang perutnya "ah...Lunetta ingin makan sup krim buatan Arlene.." ia melihat ke langit "V...lunette mohon, cepat datang dan selamatkan Arlene" air mata keluar dari matanya "hiks.." Lunetta membiarkan air matanya keluar semalaman hingga ia lelah kemudian tertidur

lunette bangun dari tidurnya, ia mengusap kedua matanya yang sembab. tanpa menghabiskan waktu, lunetta segera memanjat turun dan berlali kembali ke tempat dimana Arlene berada. ia terus berlari hingga ia dapat melihat bangunan tersebut dari jauh "huft...itu dia!"

lunetta masuk kedalam bangunan tersebut, tidak ada yang berubah, hanya pintu-pintu yang dihancurkan oleh Jahad yang berubah. Lunetta memasuki ruangan yang berada di akhir bangunan, ia berjalan secara perlahan, berharap bahwa di balik pintu tersebut terdapat Arlene dan V yang sedang tidur sembari memeluk bayi. namun, memang ekspetasi dan kenyataan tidak pernah sesuai

Lunetta tidak percaya bahwa ia akan melihat penampakan seperti ini selama hidupnya,

dihadapannya, terbaring di lantai, V yang tak sadarkan diri. bukan hanya itu, di perutnya terdapat sebuah pedang berwarna hitam, lunetta mengenali pedang tersebut, pedang itu adalah pedang milik V. ia tidak tahu aoa yang terjadi dan bagaimana bisa pedang V tertancap di perutnya sendiri. saat ini yang Lunetta tahu secara pasti adalah pria di hadapannya sudah mati. genangan darah dapat terlihat disekitar V. pedang yang tertancap diperutnya terdapat darah yang sudah mengering

LA LUNA (Tower of God fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang