Chapter 2 (TT)

71.9K 8.2K 741
                                    


Duke P.O.V

Sedang dilakukan renovasi kamar disebelah kantor kerjaku, jadi cukup bising sehingga membuatku kurang fokus mengerjakan dokumen kerajaan. Jadi kuputuskan untuk menyelesaikan nya di perpustakaan.

Saat berjalan menuju perpustakaan, dari kejauhan terlihat 'bocah itu' juga menuju tempat yang sama. Bocah itu berjalan penuh semangat sambil bersenandung kecil. Sepertinya ia telah pulih, tapi bukannya pergi mencariku, ia malah ke perpustakaan? Apa yang ia rencanakan?

Diam-diam, aku mengamati gerak-geriknya. Untuk apa ia berdiri didepan rak buku bisnis? Apa yang ia cari? Lalu ia mengambil sebuah buku yang nampak telah usang, kemudian membawanya ke meja. Ia mulai membolak-balik halaman buku. Apa ia bisa membacanya?

Tanpa sadar aku berjalan mendekatinya, dan berdiri tepat didepanya. Tapi ia sama sekali tak terganggu, ia dengan fokus membaca buku yang dibawanya. Ia terlihat begitu menawan dengan secerca sinar matahari yang menyinari wajahnya. Terlihat sangat lembut dan rapuh. '..EH! APA YANG KUPIKIRKAN?!!! '

Beberapa menit kemudian ia tetap tak terganggu dengan kehadiran ku. Merasa terabaikan, aku dengan sengaja menjatuhkan buku yang kubawa ke meja

"Brak ..... " Suara hentakan buku membuatnya terperanjat dan ketika mendongak ia memasang raut muka terkejut dan langsung berdiri memberi salam

" Salam yang mulia Duke, maafkan saya yang tak memperhatikan kedatangan anda" ucapnya

" ...... Yang mulia Duke? " Ada apa dengannya, biasanya ia memanggilku dengan sebutan 'Ayah' dan berbicara santai kepadaku, sekarang ia berbicara se-formal ini?

"Pardon? "

" Tidak, apa yang kau lakukan disini? " Tanyaku untuk mengalihkan perhatian

"Seperti yang terlihat, saya sedang membaca buku" jawabnya terkesan datar, ini belum pernah terjadi. Sebelumnya ia akan berbicara dengan mata berbinar dan tingkah manja yang luar biasa. Dan yang kutemukan sekarang hanya gadis dingin yang tak tersentuh.

" Begitu .... Duduk"

" Terimakasih "

Begitu duduk, ia kembali membaca buku yang dibawanya. Ia membaca dengan fokus, tetapi terlihat sekali bahwa ia merasa tak nyaman. Setelah kuperhatikan dia hanya diam saja, tak memulai percakapan seperti biasanya.

Buku apa yang ia baca? Aku sekilas melirik sedikit isi buku, dan hanya berisi tulisan kuno yang menurutku akan sulit untuk dibaca bahkan mustahil untuk dibaca seorang anak usia sepuluh tahun.

" Ekhemm .... " Untuk memecah keheningan aku berdehem, lalu bertanya " Apa kau paham dengan buku yang kau baca? "

" Ya saya paham keseluruhan nya" jawabnya acuh tak acuh tanpa mengangkat kepalanya sedikitpun

" Begitukah? Apa isi bukunya? "

Lalu ia mendongak, dan mulai menjelaskan apa yang ia baca, jujur aku kaget. '..... Bagaimana bisa?' hanya orang dengan keterikatan 'mana' yang mampu membaca tulisan kuno. Bocah ini mengejutkan ku.

" Kau benar-benar bisa membacanya rupanya" ucapku dengan wajah yang biasa untuk menyembunyikan keterkejutan ku.

Ia hanya tersenyum paksa dan mengangguk mengiyakan, terlihat betul bahwa ia ingin segera lari menjauh

"Matahari semakin redup , kalau begitu saya permisi, salam yang mulia"

Tanpa izinku, ia pergi begitu saja. Tak seperti di awal, ia terlihat sangat bersemangat sekarang ia pergi dengan wajah masam. Ada apa sebenarnya dengannya? Apa ia merencanakan sesuatu? Atau . . . Ia sudah mulai mengacuhkanku ? ah, terserah toh tak ada gunanya .

AKU TAK INGIN DICINTAI LAGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang