Chapter 7 :-*

57.1K 6.9K 519
                                    

Duke de'Fraincesenoir P.O.V

Aku terjebak dalam rapat membosankan bersama dengan para aristokrat yang suka membicarakan omong kosong. Berjam-jam duduk mendengarkan celotehan tak berguna tentang rencana pembangunan panti asuhan atas nama kekaisaran. Kaisar yang kukenal bukan lah hal yang peduli tentang hal semacam ini. Merepotkan.

Akhirnya rapat selesai larut malam, aku segera kembali ke mansion. Saat aku memasuki gerbang mansion, terlihat bocah itu masih berada di depan balcon kamarnya. 'apa yang dia lakukan?' tanpa sadar aku terdiam dan terus memandanginya. Tatapannya kosong , terlihat dingin dan angkuh.

Sesaat kemudian, seseorang berjubah melompat dari pohon. Hampir aku menghunus pedangku, tapi sepertinya itu tak perlu. Dia memiliki pertahanan yang hebat, dalam sekejap pedang crystal mengelilingi orang yang berjubah itu. Luar biasa. Dia terus saja membuatku terkejut.

Ah, ternyata orang itu Ran. Tapi apa yang dilakukan Ran disana? Mereka tampak berbincang. Yah aku tak ingin tau apa yang anak-anak ku bicarakan, lalu akupun berlalu masuk kedalam mansion.

.
.

Saat ini aku berada di ruang kerja, hanya menatap tumpukan kertas. Aku sama sekali tak bisa fokus. Pikiranku dipenuhi oleh gadis itu.

" Tok . . Tok . . Tok . . "

" Yang mulia, ini saya . Raphael"

Raphael adalah salah satu black knight atau kesatria bayangan ducal

"Masuk"

"Salam yang mulia, ada yang ingin saya laporkan mengenai situasi kekaisaran saat ini "

"Lanjutkan"

"Sekarang di kekaisaran marak terjadi kasus orang hilang, terutama anak-anak dan wanita, saya rasa ini berkaitan dengan Human trafficking yang akhir-akhir ini terjadi"

" Perketat penjagaan di wilayah ducal, jangan sampai hal itu terjadi di wilayah ini. Tambah kesatria di perbatasan dan jugaa periksa setiap individu yang memasuki area ducal"

" Laksanakan Yang Mulia"

Raphael memberi salam lalu pergi. Human trafficking? Benar-benar menjijikkan.

Setelah kupikir gadis itu tak memiliki seorang pengawal pun, meskipun aku yakin ia memiliki sihir yang luar biasa tapi tetap saja, ia masihlah anak kecil.

" Nox, kemarilah"

" Ada yang bisa saya lakukan yang mulia?"

" Ya, panggilkan wakil ketua white knight, Sir Ares Stansvold"

" Ya yang mulia"
.
.

"Tok . . . Tok, yang mulia Sir Ares telah sampai"

"Masuk !"

" Segala keagungan bagi anda yang mulia, ada apa anda memanggil saya? "

" Mulai sekarang dan seterusnya, kau kutugaskan untuk menjadi pengawal pribadi putri bungsuku, Diana. "

" Saya?... Oh maksud saya itu adalah suatu kehormatan Yang mulia"

" Kau boleh pergi"

" Hormat saya yang mulia"

" Eh, hei tunggu dulu"

" Ya ? Yang mulia?"

" Pastikan putriku aman dalam penjagaanmu, jika ia lecet sedikitpun nyawamu gantinya!" Ares sedikit tersentak

" Akan selaku ku ingat yang Mulia. Kalau begitu, saya undur diri Permisi"

Ares pun berlalu pergi keluar.

" Nox, sedang apa dia sekarang?"

" Maksud anda Nons Diana, Yang mulia?"

"Ya . . "

" Saya dengar dari pelayan pribadi Nona, bahwa nona ingin naik perahu di danau belakang mansion ducal, yang mulia"

' Begitu ya, perahu . . . '

" Siapkan perahu yang mewan dan teh, hari ini aku ingin bermain perahu dengan putriku"

Nox nampak jelas terkaget, yah bisa dimengerti. Ia pun pergi untuk menyiapkannya. Bebearapa saat kemudian persiapan telah selesai. Lalu akupun berjalan keluar menuju danau dibelakang mansion.

Untunglah dia belum datang. Jadi aku menunggunya sambil membaca buku diatas perahu.

Beberapa saat kemudian ia akhirnya sampai. Tapi ia hanya diam, lalu akupun mengalihkan pandangan dari buku, dan menyambutnya.

Setelah itu, ia memberi salam dengan senyuman. Tapi sebelumnya ekspresi nya mengisyaratkan 'sedang apa kau disini! '

Akupun mempersilahkannya untuk naik, tapi lagi-lagi ia hanya terdiam. Lalu aku pun bangkit dan menawarkan tanganku sebagai pegangan agar tak jatuh, ia tampak ragu-ragu tapi tetap menerima uluran tanganku.

Perahunyapun bergerak, ia hanya diam memandangiku dengan tatapan kosong. Sepertinya ia melamun.

Akupun memulai pembicaraan tetapi ia hanya menjawabku dengan acuh tak acuh. Seperti ia ingin cepat-cepat kabur.

Terlihat dalam tatapannya padaku yang sudah tak hangat lagi, apakah sekarang kau mulai membenciku karena terus-menerus mengabaikanmu?

Entah mengapa ada ruang dalam dadaku yang Terasa seperti teriris.

Aku berpikir keras untuk melanjutkan percakapan. Saat aku membahas tentang guru private, ekspresinya terlihat sangat terkejud. Lagi pula memang benar aku tak berniat mengirimnya ke Akademi. Sayang baginya membuang-buang waktu belajar hal yang tak penting di akademi 'pikirku'

Saat pembicaraan berlanjut, sepertinya ia ingin menolak anjuranku tentang guru private, lalu aku sengaja menyela dengan membicarakan tentang ulang tahunnya yang sebentar lagi.

Tapi itu sepertinya bukan hal yang tepat, setelah beberapa saat ia hanya diam saja dan kembali menatap kosong. Aku membiarkan keheningan mengambil alih. Aku tak tau harus bicara apa lagi padanya.

Akupun kembali membaca buku, sesekali meliriknya. Kemana perginya anak manja yang kemarin? Sifatnya tiba-tiba berubah, apa aku melukainya terlalu dalam? Benar, aku tak bisa menghapus tindakan jahatku sebelumnya. Setidaknya, sekarang aku tak ingin menambah lukanya. Aku benar-benar minta maaf telah menghancurkan hidupmu sepuluh tahun ini. ( Eaaaa . . . . Penyesalan selalu datang di akhir guys :v )

Sudah sekitar tiga puluh menit, keheningan menyelimuti. Saat aku kembai meliriknya, dia . . . menitihkan air mata? Lalu ia segera menghapusnya. Sesaat, hatiku mencelas karenanya.

Akupun menepikan perahu, lalu segera bangkit dan keluar dari perahu. Kembali megulurkan tangan membantunya keluar dari perahu. Ada perasaan lega yang terpancar diwajahnya saat selesai mengendarai perahu.

Setelahnya ia mengucapkan terimakasih, aku hanya mengangguk dan entah mengapa hatiku menghangat dan senyum yang telah lama hilang perlahan kembali. Aku pergi terlebih dahulu menuju mansion, tetapi saat sudah agak jauh aku berhenti dan memastikan ia telah kembali ke kamarnya.

Saat ia kembali ia tersenyum, senyum yang tak lagi ia tunjukkan padaku. Melihat senyumnya saja membuatku terlonjak senang. Itu cukup.
Semoga ia tak membenciku selamanya. Aku akan menantikannya tersenyum kembali padaku.
.
.
.





_To be continued

18 February 2021

AKU TAK INGIN DICINTAI LAGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang