Chapter 4 =_=

64.7K 7.9K 259
                                    


Author P.O.V

Diana berjalan selambat mungkin menuju ruang makan, sungguh ia sangat malas menatap anggota keluarganya. 'Untuk apa juga perlu mengundang seseorang yang tak diharapkan? ' pikirnya.

Tepat didepan pintu masuk ruangan, Diana berhenti sejenak. Duke dan kedua kakaknya pasti sudah berada disana dari lima belas menit yang lalu. Diana sengaja terlambat untuk hedir, ya... tujuannya agar ketiga orang itu bisa makan tanpanya.

Dengan terpaksa, ia melangkahkan kaki kedalam ruangan. Menampilkan Duke yang duduk ditengah dan kedua putranya tepat di sisi kanannya. Mereka tampak belum menyentuh makanannya sedikitpun.

" Salam Yang Mulia Grand Duke, Tuan muda. Maaf atas keterlambatan saya " Diana memberi salam dengan anggun seperti bangsawan sejati.

Duke hanya berdehem, hanya menatap Diana dengan tatapan sedikit tidak biasa. Lalu Diana pun dipersilahkan untuk duduk oleh butler tepat disebelah kiri Duke.

Makanan mulai disajikan dimasing-masing piring, hidangan pembuka berupa salad dengan udang. Diana mengerinyit, ' udang? mereka berencana membunuhku ya?' Diana alergi berat dengan udang. Diana hanya mendesah dalam hati. disaat keluarganya sedang menyantap hidangan pembuka,ia hanya membolak-balikan sendok dan garpunya.

" Jangan bermain dengan makanan. Makan dengan benar." Ucapnya merujuk padaku tanpa mengelihkan pandangannya.

Diana menghentikan gerakan tangannya, speechless dengan ucapan Duke lalu ia menatapnya,
'Tau apa kau, oh Duke ayahku benar-benar ingin menghabisiku sekarang?' batin Diana.

Tak ingin mengacaukan suasana. Diana hanya meminum setengah gelas jus jeruk desampingnya.

Lalu berganti ke main course, steak daging. Mata Diana berbinar, ia sangat menyukai steak ' ya ini aku bisa memakannya' batin Diana. Tapi sayangnya, jari-jari kecilnya belum mapu mengiris daging dengan benar. ' ah, sial sekali'

Melihat Diana yang serius memotong steak tapi tak kunjung terpotong, Duke mengerinyit. Kemudian tanpa mengucapkan apapun, Duke menukar steak miliknya yang sudah terpotong-potong dengan milik Diana. Tentu saja Diana kaget dan bertanya tanya 'wah, apa dia salah makan?'

" . . . . ? . . . terima kasih " ucap Diana dengan senyum yang dipaksakan.

Diana hanya memakan beberapa potong steak, bukan karena steaknya kurang enak tau apa. Tetapi ruang makan itu tampak mencekam. ' ugh, bisa- bisa aku sakit perut'.

" Aku dengar kau belajar menggunakan sihir" akhirnya duke buka suara

" Tidak, saya sama sekali tak tertarik belajar sihir apapun" ~ ah, ternyata ada yang memata mataiku


" Benarkah? Jadi maksudmu kau adalah seorang yang tiba-tiba bisa menggunakan sihir crystal tanpa belajar?" sarkas duke

" Iya ..." Diana hanya menjawab apa adanya, dengan ekspresi datar tanpa memandang lawan bicaranya

Duke hanya diam mendengar jawaban asal Diana, ia sama sekali tak pernah berpikir bahwa anak didepannya akan benar-benar mengacuhkannya.

" Apa sekarang kau meremehkanku ?" tanya duke dengan ekspresi mengeras

" Beraninya saya, anda bisa mengirim saya ke akademi jika anda menginginkan saya untuk mempelejari sihir, kedepannya anda tidak perlu repot-repot mengurusi kehidupan saya, saya berjanji saya tidak akan lagi merepotkan anda. saya merasa sudah cukup makan, jadi saya permisi terlebih dulu. Semoga anda sekalian diberkati" diana mengakhiri pidato panjangnya dengan membungkuk anggun, kemudian berajak dari tempat duduknya, melangkah keluar dari ruang makan.

Duke kembali terdiam, ia awalnya mengundang Diana makan malam dengan tujuan membahas guru private untuk Diana. Tapi malah akhirnya berantakan.

.
.
~~**~~
.
.

Hari ini, aku berencana keluar mansion secara diam-diam. Untuk menemui seseorang yang akan menjadi partner bisnis ku nanti, sekalian jalan-jalan tentunya. Dulu saat usiaku 15 tahun aku sering menyelinap dari akademi untuk melihat festival. Hoho, penjagaan akademi yang super ketat pun dapat ku terobos, apalagi ini hanya rumah ducal, kuyakin pasti mudah.

Dengan mengubah rambutku menjadi coklat menggunakan sihir, aku menyamar menjadi seorang pelayan. Kan sudah kubilang ini mudah, tak perlu menggunakan mana untuk teleportasi. Aku sudah berada di luar mansion.

Belum sepuluh langkah dari mansion, seseorang mencegatku.

" Kau pikir kau mau kemana nona muda?" Ah sial, suara familiar ini huhu,

Ah, aku ketauan. Didepanku kakak tertua menghadang jalan . Aku meringis dalam hati.

"Ah, salam tuan muda Baccrox"

" . . . Apa yang kau lakukan dengan penampilan mu itu huh, kau pikir tak ada yang akan mengenalimu? Mau pergi kemana kau?"

" Saya.. . Saya hanya ingin melihat-lihat pasar tuan muda"

" Tanpa pengawalan ? Sepertinya terlalu banyak air yang memenuhi kepalamu, hingga kau menjadi gila '

' oho, bagus sekali bicaranya anak muda satu ini '

"Iya, sepertinya begitu, kalau begitu permisi "

"Siapa yang mengizinkanmu pergi sendiri tanpa pengawalan? Kalau begitu aku akan menemanimu"

" . . . . Hhaah!!!!" Aku sedikit berteriak, apa katanya tadi? Menemaniku? Yang benar saja kau! Pergi saja sana kau ke neraka!!

"Kau keberatan ?"

"B...bukan begitu, hanya saj-" belum selesai aku berbicara, ia menarik tanganku

"Kalau begitu ayo pergi berkeliling!"

'ah kesialan macam apa lagi ini dewa, aku malah terjebak dengan malaikat mautku, hancur sudah rencana cantikku. Kalau begini lebih baik mati sekali lagi lalu hidup kembali bukan!

_to be continued

17 February 2021

AKU TAK INGIN DICINTAI LAGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang