22

591 77 2
                                    

"Cloudy, ada yang mau kakek bicarakan."

Kalau Kakek Rudolf mau mengajakku liburan, pasti akan kutolak. Daripada aku pergi liburan, lebih baik aku menuntut ilmu ke kampus.

"Ada urusan yang harus diselesaikan kakek dan Gerald di Singapura."

"Kakek maaf, tapi aku gak berani naik pesawat." aku memang pantas disebut sebagai orang tak tahu sopan santun. Tapi, aku gak mau mati di tengah samudera luas.

"Cloudy, kakek tidak akan mengajakmu."

"Kalau begitu, kakek harus jaga diri. Semoga saja, Om Gerald cepat mendapatkan isteri disana."

"Selama kakek dan Gerald tidak ada, maka semua urusanmu akan menjadi tanggung jawabnya ---" Kakek melihat ke arah lain. "Robin, kesini kamu."

Sesosok pria tinggi, dengan alisnya yang tebal seperti ulat bambu, mendekati meja makan. Aroma parfumnya yang wangi itu, langsung mengingatkanku sama Om Rama.

"Kakek sudah mendengar dari Pandawa, tentang kelakuan kedua pengawalmu itu. Mangkanya, kakek langsung memecat mereka!"

"Om Robin sudah menikah?" tanyaku.

Pria itu menggeleng dengan wajah gugup. "Belum, den."

"Kalau begitu, nanti kita harus merayakan pesta cowok-cowok jomblo di rumahnya Gilbert."

"Saya ragu untuk meninggalkanmu sendirian disini." ujar Om Gerald pelan.

"Memang, kakek sama Om Gerald perginya lama?"

"Belum bisa dipastikan, Cloudy." Kakek mengusap-ngusap tanganku. "Maafkan kakek ya, Cloudy."

"Kakek, tapi aku boleh ke kampus lagi kan?"

"Tentu saja. Kamu juga boleh mengajak teman-temanmu menginap disini."

"Boleh minum fanta sama coca cola sampai mabok juga, kek?"

"Sejak kapan soda bisa buat mabuk, Ody."

Kualihkan pandanganku pada Om Gerald. "Waktu Gilbert minum pepsi satu setengah liter sampai habis, wajahnya sampai merah, dan dia muntah banyak banget, Om Gerald."

"Kakek, sebaiknya sesekali Pandawa harus menginap disini. Soalnya saya cemas kalau Ody dan Gilbert menghabiskan waktu berdua saja." kata Om Gerald mencurigakan.

"Tentu saja, Gerald."

"Yeaahh, aku juga gak suka sama orang yang suka dandanin Gilbert, kakek. Dia itu kalau ngomong, suka dimonyong-monyongin bibirnya."

"Cloudy, Robin ini bisa bela diri, memanah, dan menembak. Jadi, kamu tidak usah cemas kalau-kalau ada orang yang mau berniat jahat sama kamu."

"Satu-satunya orang yang suka berbuat jahat, sekarang lagi di rumah sakit, kakek."

"Iya. Kakek senang karena akhirnya anak itu kena batunya juga!"

"Ody --"

"Iya, Om Gerald."

"Jangan mau kalau Nino mengajakmu pergi."

"Ahhh, benar itu!" Kakek menunjuk-nunjuk. "Robin, tolong kamu awasi cucuku yang satu itu! Jangan biarkan dia sampai membawa pergi Cloudy."

"Baik, Pak Rudolf."

Selesai makan, akupun kembali lagi ke kamar. Aku menyiapkan baju untuk besok kupakai ke kampus. Setelah pulang dari kampus, mungkin aku akan ke rumahku dulu untuk melihat-lihat lagi.

Sudah jam sepuluh malam, tapi Om Gerald belum menyusulku juga. Padahal aku sudah sengaja lompat-lompat sampai seluruh tubuhku banjir dengan keringat.

Karena waktu itu Om Gerald pernah bilang, kalau dia suka aroma alami tubuhku. Apalagi kalau aku sedang berkeringat.

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang