33

426 58 5
                                    

"Dy...!! Ody...!! Bangun, Dy...!!"

Aku lihat wajah Kak Nino yang keren dan ganteng itu. Dengan tubuh setengah telanjang bersimbah keringat, dia tersenyum sambil mengelus-ngelus pipiku.

Wajahnya semakin mendekat dan kian mendekat. Kurasakan deru nafas hangatnya, lembut menerpa wajahku.

Kupejamkan mataku, saat bibirnya yang empuk seperti gumpalan gulali kapas itu, menyentuh bibirku.

"CLOUDY...!!"

"Kok malah Om Panda??"

"Kamu gak kenapa-kenapa, kan?" Om Panda kelihatan sangat panik sekali. "Kamu gak ada yang terluka kan?"

Senyumku mengembang. Kutepuk-tepuk pelan pipi Om Panda. "Jangan gundah gulana ya, om. Cepat atau lambat, pasti anak om akan tumbuh dewasa."

Aku menguap sekali. Kumiringkan tubuhku, dan sedikit kurebahkan posisi kursiku ke belakang.

Mimpi itu benar-benar aneh. Kadang, kita ada di tanah lapang berbunga. Kadang, kita seperti lagi terbang ke angkasa.

"Cloudy, cucu kakek --- dimana dia...?"

Rasanya gak mungkin. Mana mungkin, Kakek Rudolf yang udah tua itu, bisa naik balon udara?

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia baik-baik aja. Cuma sepertinya ---"

Kubuka kembali mataku yang sudah terpejam. Aku langsung teringat sama satu sosok yang tadi sedang duduk di sebelahku.

"Om Rama, mana...?!"

"Rama...?"

"Om Gerald? Om Panda? Kok kalian sedang rapat disini?"

Perhatianku beralih ke arah depan. Ada suasana ramai-ramai yang sulit kupahami. Selain ada kerumunan orang, ada juga mobil polisi, ambulans, dan juga pemadam kebakaran.

Aku turun dari mobil karena penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

Betapa syoknya aku, saat melihat mobil Felix rusak parah karena dihantam oleh sebuah mobil box berukuran cukup besar.

"Kita pulang aja ---" Secara mengagetkan, tubuh Om Gerald yang kayak hulk itu berdiri menghadangku.

"Mau merayuku ya?"

Om Gerald tak mengatakan apa-apa. Aku tersenyum pada Kakek Rudolf, tapi beliau malah menyuruh Om Gerald untuk membawaku pergi.

"Jangan culik aku ya, om!"

Lagi-lagi Om Gerald diam membisu. Mungkin dia lagi melakukan aksi menutup mulut, sebagai akibat dari serangan para pria yang sudah menikah di usia matang.

Tok-Tok.

Kaca jendela di sisi Om Gerald diketuk-ketuk seseorang dari orang.

"Saya akan bawa Cloudy ke rumah sakit."

"Baik, Pak Gerald. Kalau begitu, saya akan mengawal anda."

"Halo, Om Daviz...!!"

Om Daviz cuma senyum sambil mengangguk kepadaku.

"Oke-oke. Kalau gitu, aku mau mogok kuliah aja!"

Karena Om Gerald gak mau bicara, jadi akupun juga diam saja. Aku juga gak bertanya, waktu dia membelokkan mobilnya, memasuki halaman parkir rumah sakit.

Om Gerald menggendongku memasuki bagian dalam rumah sakit. Kali ini aku tidak akan terbujuk olehnya.

Kalau aku ditawari main film aksi dengannya, aku jelas akan menolak! Memangnya, aku ini orang india apa!?

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang