Sabtu pagi ini, aku lagi kerja bakti membersihkan rumahku. Setelah bersih dan rapih, rencananya malam nanti, aku akan mengadakan pesta besar-besaran menyambut follower Gilbert yang sudah mencapai delapan juta!
"Bryan ---" aku menghampiri Bryan yang lagi membersihkan gudang.
"Oh ya, Dy. Lukisan-lukisan ini mau dipajang lagi?"
"Ehhmm --- sebentar deh." Aku ambil hapeku, lalu aku minta Bryan untuk meletakkan beberapa lukisan aneh milik ayah itu, dengan posisi rapih dan teratur.
Cklik.
Cklik.
Cklik.
Aku mengambil semua foto lukisan itu. Lalu iseng-iseng aku unggah di akun facebookku yang cuma punya dua puluh teman dan pengikut aja.
"Kamu lagi marahan sama Kak Nino ya?"
"Aku ---" Bryan duduk dengan wajah lesu. "Aku juga gak tahu, Dy. Belakangan ini dia sering marah dan mengeluh."
"Mungkin Kak Nino sedang mengalami masa peralihan usia."
"Dia pernah bilang, kalau dia suka sama kamu." Bryan menatapku. "Begitu juga denganku."
Aku menghela pelan. "Kamu dan Kak Nino itu adalah dua cowok hebat dan pekerja keras. Karena usaha kalian, Tinker Cafe jadi besar dan terkenal kan?"
"Mungkin aku akan pergi, Dy."
"Kemana, Bryan?"
"Entahlah. Karena yang pasti, sepertinya Kak Nino sudah gak membutuhkan aku lagi."
"Aku yakin kalian pasti bisa melaluinya."
"Ody --"
"Kamu bisa mengurus kafenya. Dan Kak Nino, kembali jadi artis lagi."
"Aku tidak yakin dengan idemu."
"Dengan begitu, pasti kalian akan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dan, luangkan waktu untuk bertemu sekali dalam seminggu, atau sebulan jika memungkinkan."
"Tapi ---"
"Kak Nino membutuhkanmu, Bryan."
"Dia --- butuh orang sepertiku?"
Aku mengangguk. "Kak Nino, butuh orang yang selalu menyemangati dan memberikannya dukungan penuh."
"Tapi, dia ---"
"Aku tidak pernah suka dengannya."
"Ody --"
"Kak Nino cuma kuanggap sebagai figur seorang kakak aja. Begitu juga denganmu."
"Ody ---"
"Rasanya sangat menyenangkan kan, punya dua kakak berwajah tampan, keren, dan juga sukses?"
"Ody ---"
Aku tepuk-tepuk tangannya Bryan. "Kalian harus bisa saling menjaga satu sama lain. Jangan cepat emosi kalau sedang menghadapi masalah."
Bryan menarikku ke dalam rangkulannya. Lalu dia mengacak-ngacak rambutku.
"Adikku ini ternyata hebat juga!"
"Ody, ada tamu..!!" Teriak Gilbert dari depan.
"Aku ke depan dulu ya, kak --"
"Hhaaha...!" Baru sekali ini, aku lihat Bryan tertawa lebar sekali. "Dy, lukisannya?"
"Simpan aja di kamarku."
"Kamarmu yang ---"
Aku mengangguk sambil mengulas senyum. "Ini kamarku, Kak Bryan."
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOUDY 2
Teen FictionOm Gerald sama Om Rama sekarang musuhan. Jika Om Rama memiliki Lee Company, maka Om Gerald pun memiliki GE Company sebagai tandingannya. Lama kelamaan, tingkah mereka semakin kayak anak kecil dan membuat kepalaku hampir pecah. Bagaimana kalau misaln...