"Kamu lagi apa...?"
Pas Om Gerald muncul, aku langsung merapihkan semua barang-barang berharga milikku di kasur.
"Ditelepon gak diangkat. Ini sudah waktunya makan malam."
"Iya-iya. Semua orang pasti bisa bersabar, Om Gerald."
"Kamu lagi nulis apa, hmmm?" Om Gerald kepo rupanya. "Dari kemarin saya perhatiin, kayaknya ---"
"Rahasia!" Aku rebut amplop putih yang udah Om Gerald pegang.
Untungnya sekarang, kamar tidurku dan Om Gerald tidak sama-sama lagi. Tentu saja semua ini atas permintaanku. Meski harus kuakui, kamarku ini sangat luas dan membuatku merinding.
"Ngomong-ngomong, sudah hampir seminggu kita gak pernah mandi bareng lagi ya..?"
"Harus dibiasakan, Om Gerald. Rajin olah raga itu, adalah pangkal tubuh fit!"
Om Gerald mendorong tubuhku. Lalu dia menindihku, dan kemudian dia melumat bibirku.
Aku dorong dia. Tapi sayangnya tenagaku ini tidak ada apa-apanya.
Dia menyerangku dengan membabi buta. Dia membasahi leherku dengan liurku.
Aku yang tadinya menolak dengan segenap kekuatan, harus bisa pasrah ketika akhirnya dia kembali menganalku.
Hanya dalam waktu lima menit saja, kami mencapai klimaks. Om Gerald keluarkan spermanya di dalam lubang anusku, sementara spermaku menggenang banyak sekali di perut dan dada.
Tanpa perasaan jijik, Om Gerald menghisap semua spermaku lalu menelannya hingga tak bersisa. Padahal biasanya, dia tidak pernah melakukannya.
"Gak pernah dikeluarin ya?"
Aku memejam sejenak. Nafas Om Gerald mengeluarkan aroma sperma yang sangat aneh.
"Itu kan tabunganku, Om Gerald."
Aku dan Om Gerald kemudian mandi bersama dengan waktu yang sangat singkat. Soalnya aku gak mau, kalau sampai kakek curiga.
"Biasanya Om Gerald keluarnya lama."
"Itu karena saya sudah tidak tahan --" Om Gerald malah menggendongku. Dia melumat bibirku lagi. Kurasakan di bawah sana, penisnya yang masih berdiri kokoh itu, mencoba menerobos lubangku lagi.
Aku peluk erat-erat lehernya yang kokoh. Sudah seminggu lamanya, aku menahan diri untuk tak mudah terbujuk oleh segala pesona dan rayuannya. Meskipun dalam hati, sebenarnya aku masih sangat menginginkan dirinya.
Hari ini, aku harus mematahkan janji yang telah kubuat sendiri. Aku dan Om Gerald kembali melakukannya. Meski tak bisa kupungkiri, aku sangat menikmati sekali tiap kali dia mencumbuku sambil membenamkan penisnya yang kokoh dan panjang itu.
Sperma kami keluar bersamaan. Tubuhku benar-benar lemas, namun juga puas. Aku dan Om Gerald saling memandang.
"Udah ya, om."
"Biasanya gak minta buru-buru."
"Om mau, nanti masuk pengadilan karena kakek?"
"Gak ada hubungannya, Ody."
Aku turun dari gendongannya. Kurasakan sperma Om Gerald meleleh keluar dari lubang analku.
"Saya sudah punya empat pilihan kondominium yang akan kita tempati nanti."
"Emang Om Gerald punya uang?"
"Kamu lupa, kalau saya ini kan pemilik GE Company?"
Selesai membersihkan seluruh badan, aku bergegas memakai pakaianku kembali. Kubiarkan saja Om Gerald berceloteh dengan semua impiannya itu.
"Kakek, maaf ya aku ---" kalimatku terhenti. Ternyata kakek sedang duduk di ruang tengah dengan seseorang yang sangat amat kukenal.
Om Rama.
"Ohh iya, aku ada tugas makalah kampus..!"
"Ody, sini duduk di sebelah kakek."
Aku tidak mau duduk berhadapan dengan Om Rama. Apalagi dia itu adalah orang yang suka sekali menyuruh-nyuruh waktu aku kerja di Lee Conpany.
"Gerald, kamu juga."
"Perutku sakit, kek. Aku mau minum jus duren dulu."
"Cloudy --"
Dengan terpaksa, aku duduk di sebelahnya kakek. Sengaja, aku terus memusatkan perhatianku pada dada montoknya Om Gerald.
"Katakan, ada keperluan apa kamu datang kesini?" kakek bertanya sama Om Rama.
Kutegakkan kepalaku. Betapa malunya aku, ternyata Om Rama terus melihat ke arahku.
"Om Rama udah sembuh ya?" aku berbasa-basi.
Om Rama meletakkan sebuah map di tengah-tengah meja.
"Sesuai permintaanmu, saya kembalikan Lee Company dan semua asetnya kepada kakek."
Glek.
Aku menelan ludah. Kulihat mata kakek seperti ikan mas koki.
"Kamu ---"
"Saya tidak akan meminta dan menuntut apapun lagi. Tapi tolong, izinkan saya pergi satu hari saja dengan Cloudy."
"Om Rama mau pergi kemana? Jangan naik pesawat ya. Soalnya aku takut meledak."
"Pulanglah. Karena saya tidak akan mengizinkanmu membawa Cloudy!"
"Kakek!" Aku refleks memekik.
"Ingat, Cloudy. Bagaimanapun juga, dia sudah pernah membuatmu celaka!"
"Kakek, Om Rama kan sudah kurus dan sekarang lagi pucat."
Kakek Rudolf tidak mau mendengar perkataanku. Beliau tetap mengusir Om Rama, keluar dari rumahnya.
"Kembalilah kalau kamu sudah sukses! Silahkan bawa pergi Cloudy, kalau kamu bisa melampui Gerald dan Pandawa."
"Apa kakek sungguh-sungguh?"
"Tentu saja."
"Baiklah. Pantang bagi seorang pria, untuk mengingkari janji yang telah dibuatnya sendiri."
Om Rama pun berjalan menuju gerbang depan, tanpa membawa mobil maupun motor mewahnya.
"OM RAMA...!!" aku berteriak memanggilnya.
Om Rama kembali menoleh.
"SEMANGAT!! AKU YAKIN, PASTI OM RAMA BISA!!"
Kulihat Om Rama tersenyum. Lalu dia melambaikan tangan padaku, sebelum akhirnya dia menghilang di balik gerbang depan rumah kakek, yang besar dan megah itu.
• • •

KAMU SEDANG MEMBACA
CLOUDY 2
Novela JuvenilOm Gerald sama Om Rama sekarang musuhan. Jika Om Rama memiliki Lee Company, maka Om Gerald pun memiliki GE Company sebagai tandingannya. Lama kelamaan, tingkah mereka semakin kayak anak kecil dan membuat kepalaku hampir pecah. Bagaimana kalau misaln...