Tinnn...!
"Ody!? Lo mau kemana jalan sendirian?"
"Aku mau ke atm, Daniel. Atm di fakultasku lagi rusak."
"Bareng aja, Dy. Gue juga kebetulan mau ke atm nih --"
Aku ketawa dalam hati. Kadang, orang ganteng itu bisa bodoh juga ya. Kan atm tinggal lima langkah lagi, masa Daniel bukain pintu mobil dan ngajak barengan ke atm?
"Sorry ---" Daniel ketawa juga. Dia pun memarkir mobilnya gak jauh dari atm.
Aku perhatikan penampilannya yang agak sedikit aneh itu. Masa iya, dia mau kuliah dengan pakaian yang basah kuyup dengan keringatnya itu?
"Bau ya? Sorry-sorry, tadi gue abis nge-gym bentaran terus langsung lanjut kesini."
Aku manggut-manggut. Aku berjanji dalam hati untuk tidak lagi menginjakkan kaki di tempat itu. Selamanya dan sampai kapanpun.
"Kamu mau duluan?"
"Boleh --"
Sementara Daniel masuk ke bilik atm duluan, aku memilih kartu mana yang akan kuambil uangnya. Sebab, di dompetku itu ada sepuluh kartu atm dan kartu kredit. Enam kartu dari kakek, satu kartu dari Om Gerald, dua kartu dari Om Rama, dan satu kartu atm pribadiku yang sudah jelek dan lusuh.
"Kok bengong?!" Daniel mengagetkanku.
"Aku cuma lagi berfikir."
"Pikirin apa? Pacar?" Daniel malah merangkulku. Rasanya aneh sekali.
"Kamu memangnya mau kuliah dengan penampilan seperti itu?"
Daniel terkekeh. "Ya enggak-lah, Ody. Nanti gue mau mandi sekalian ganti baju. Kan ada toilet di taman timur."
"Ohhh ---"
Aku gantian masuk ke dalam bilik atm. Aku ambil uang lima juta dari kartu atm-nya kakek Rudolf. Semoga aja uang ini cukup nantinya.
Aku menelepon Felix. Karena hari ini dia sudah janji akan mengantarku. Tapi...
"Telepon siapa?" tanya Daniel.
"Felix."
"Ohh --"
Daniel membuka pintu mobilnya. Di depan mataku, dia melepas kaos hitamnya dan --- mataku membulat melihat perutnya yang langsing dan putih itu.
Klik.
Felix menjawab teleponku juga.
'Ody --'
"Felix, kamu ke kampus gak hari ini?"
'Uhmmm --- iya. Tapi -- sebentar ya, Dy.'
Daniel sudah memakai sweater putihnya. Dia tersenyum padaku sambil merapihkan rambutnya yang agak gondrong itu.
Ttttuuuttt...
Felix mematikan teleponku...?
Apa mungkin, pulsa dia habis ya..?
"Dy, masuk jam berapa?"
"Aku cuma satu mata kuliah, Daniel. Dan sekarang aku sudah boleh pulang."
Daniel melihat jam tangannya. "Gue ada kuliah sejam lagi. Gimana kalo kita makan dulu?"
"Baiklah, kalau kamu memaksa."
"Heeiii, siapa yang maksa?" Senyum Daniel lebar banget. "Masuk, Dy --"
"Makasih, Daniel."
Sebelum ke kantin umum, Daniel mau bersih-bersih dulu katanya. Aku pun gak keberatan. Soalnya aku juga gak ada kesibukkan lain. Mau langsung ke rumahnya Kakek Rudolf pun masih terlalu pagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
CLOUDY 2
Teen FictionOm Gerald sama Om Rama sekarang musuhan. Jika Om Rama memiliki Lee Company, maka Om Gerald pun memiliki GE Company sebagai tandingannya. Lama kelamaan, tingkah mereka semakin kayak anak kecil dan membuat kepalaku hampir pecah. Bagaimana kalau misaln...