9

949 94 12
                                    

Gdbruk...!

Aku tahan nafas selama beberapa detik. Kulihat dari kolong kursi pintu kamar Om Gerald masih tertutup. Itu artinya dia masih tidur dan tidak dengar waktu aku jatuh barusan.

Aku bosan di kamar terus. Jadi kuputuskan untuk nonton di ruang tengah, sambil kupikir aku bisa membuka kulkas dan mencari makanan yang bisa kumakan di tengah malam begini.

Kakiku masih sakit sekali rasanya. Dokter menyuruhku untuk dirawat di rumah sakit. Tapi aku gak mau, karena rumah sakit itu kalau malam seram dan banyak hantunya. Apalagi Om Gerald gak mungkin terus menjagaku sepanjang malam. Dia kan juga harus kerja besoknya.

Klik.

Aku menonton acara berita kriminal di salah satu stasiun tv. Lagi-lagi beritanya tentang pembunuhan dengan tubuh korban yang dimutilasi.

Aku menoleh ke kanan dan kiri. Takutnya, tiba-tiba hantu korban pembunuhan itu mendatangiku.

"Cloudy ---" Om Gerald meremas pundakku dari belakang. Dia langsung memindahkan acara yang sedang kutonton ke saluran lain. "Mau om buatkan apa?"

"Aku bisa buat mie rebus sendiri kok, om."

Om Gerald malah memajangkan sofa bed dan membaringkan tubuhku. Dia mengatur bantalan agar kepalaku tidak merasa sakit.

"Mau pakai telur berapa?"

"Satu aja ya, om."

"Kumplit?"

"Pakai bakso, sosis, ayam, sama sayuran."

Om Gerald mencium dahiku. Aku ingat sekali reaksi wajahnya waktu Felix memberitahu kalau aku sedang di rumah sakit karena terjatuh dari salah satu wahana di Dufan.

Sebetulnya Om Gerald sudah menyewa perawat untuk mengurusiku selama di rumah. Tapi aku merasa gak cocok dengan perawat itu. Selain wajahnya yang galak dan judes, dia sering genit dan centil sama Om Gerald.

"Om Gerald, aku ---"

Gdebukkk...!!

Om Gerald yang lagi memotong sosis sampai berlari karena aku jatuh lagi dari kursi.

"Diam sebentar kan bisa, Ody."

"Kalau Om Gerald ngantuk tidur aja. Aku gak jadi lapernya kok. Aku juga mau tidur." kataku sambil memejamkan mata di sofa ruang tengah.

"Kamu mau tidur sama om?"

Aku menggeleng. "Om Gerald tidur aja di kamar. Aku disini juga berani kok."

"Hmmm ---"

Aku tidak tahu kapan Om Gerald akan mendapat wanita cantik sebagai isterinya. Aku cuma gak mau selalu teringat dengan kamarnya Om Gerald. Sebab, aku tak mungkin selamanya akan selalu bersama dengan Om Gerald.

Om Rama pasti sekarang sudah bahagia. Dia sama sekali tidak meneleponku. Mungkin, dia juga tidak tahu kalau kaki kiriku harus dipasang gips.

Hapeku bergetar. Kupikir dari siapa. Gak tahunya telepon dari Felix.

'Malem, Ody.'

"Felix belum tidur?"

'Aku mikirin kamu. Gimana perkembangannya?'

"Aku disini cuma menyusahkan Om Gerald. Padahal dulu aku sudah hidup sendiri. Tapi kenapa aku kembali lagi kesini?"

Om Gerald sudah berdiri di balik sofa bed. Kuputuskan sambungan telepon dari Felix.

Tanpa mengatakan apa-apa, dia membopongku menuju kamarnya. Disinilah kebodohan terlihat. Tanpa sadar aku menitikkan air mata.

Aku takut kalau akan berpisah lagi dari Om Gerald. Karena sekarang aku sudah benar-benar tidak bisa bertemu lagi dengan Om Rama.

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang