11

700 93 6
                                    

Aku dengar Om Rama sedang berbicara dengan orang tuanya. Entah apa yang mereka sedang bicarakan, karena suaranya terdengar samar dan hilang-hilang.

Saat aku datang tadi, reaksi mereka begitu dingin dan judes sekali kepadaku. Kelihatan dari eskpresi wajah mereka.

Pintu kamarku terbuka. Seorang wanita paruh baya, muncul sambil membawakan makanan dan minuman untukku.

"Ody ---" Om Rama yang selanjutnya muncul. Aku tahu dia pasti habis marah-marah. Soalnya wajahnya kusut kayak baju yang belum disetrika.

"Aku mau ke rumahnya Om Gerald..."

"Tidak!! Sampai kapanpun, saya tidak akan pernah mengizinkanmu!"

"Kenapa?"

Om Rama menyuapiku makanan. Tapi aku gak begitu bernafsu untuk melahap makanan itu. Siapa tahu aja di makanan itu ada racunnya.

"Kalau kamu tidak suka disini, kita bisa kembali ke apartemen."

Apartemen...?

Kedengarannya itu lebih baik daripada di rumah ini.

"Saya mau ke kantor dulu, karena ada urusan penting yang tidak bisa saya tinggalkan. Nanti siang saya sudah pulang lagi." Om Rama mau mencium bibirku. Tapi aku gak mau.

Rasanya disini sangat sepi dan dingin sekali. Selimut tebal dan bantal berukuran besar, tidak bisa membantu untuk membuatku merasa hangat dan nyaman. Acara tv pun gak ada yang seru.

Aku membuka pintu kamar. Kuintip keluar, dan kulihat tidak ada siapa-siapa si sepanjang lorong lantai tiga rumah ini. Semuanya sepi dan hening sekali.

Aku melihat ke arah halaman belakang. Ada ibunya Om Rama yang sedang berkebun dengan ditemani dua wanita yang sepertinya adalah pembantu di rumah ini.

Aku melongok ke lantai dua. Sama saja. Semuanya sepi dan hening sekali. Cuma terdengar suara ketawa pelan dari arah luar.

Aku ingat kalau aku menyimpan beberapa keping dvd film pembunuhan di kamarnya Om Rama. Mungkin, dengan menonton film itu aku bisa sedikit mengusir rasa bosanku disini.

Pintu kamar Om Rama tertutup rapat. Pas aku buka, ternyata pintu itu tak terkunci. Aku masuk dan mengambil kepingan dvd yang kupinjam dari Om Panda.

Tap-Tap-Tap

"Kamu kira semuanya semudah itu?!"

Suara itu....!?

Aku bergegas berguling ke bawah tempat tidur. Jangan sampai orang itu mengetahui keberadaanku disini.

Brakkk...!

"Sialan!! Rasanya kemanapun kakiku melangkah, kenapa aku harus mencium bau parfum anak brengsek itu...?!!"

Aku melihat sepang kaki milik wanita sedang berdiri di dalam kamar Om Rama.

"Kamu tenang saja. Rama terlalu bodoh untuk menyadarinya. Dia tidak tahu, kalau kita hanya memanfaatkannya untuk merebut semua harta si tua bangka itu!"

Krreettt...

Pintu kamar Om Rama terbuka perlahan. Sepasang kaki masuk menyusul. Kaki itu adalah kaki pria. Tapi aku tahu, itu bukanlah kaki Om Rama.

"Kita bisa bermain sebentar..?"

"Tapi rencana kita..?"

"Kamu tenang saja. Begitu kamu resmi menjadi isterinya dan menantuku --- kita bisa ---"

"Kondom...?"

"Gak usahlah. Karena saya ingin merasakan kesat dan sempitnya vagina kamu ---"

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang