16

641 80 5
                                    

Ting...!

Pintu lift terbuka. Sudah pasti orang yang keluar dari dalam lift itu Om Rama. Sebab, siapa lagi kalau bukan dia..?

Aku tetap terfokus pada lembaran-lembaran dokumen penting di atas meja. Sambil sesekali mataku melihat ke arah layar laptop.

"Rama mana?"

Jantungku seperti berhenti berdetak rasanya. Suara itu --- kutegakkan kepalaku. Hatiku sedikit gentar saat melihat sosok wanita yang sudah mendorongku dari atas anak tangga itu.

Aku harus tenang...

Aku harus bisa bersikap biasa...

Aku menghela nafas. "Om Rama belum pulang."

Dia mengangguk dengan angkuh. Kurasa dia sangat tertarik dan penasaran dengan apa yang sedang kulakukan.

Drrrttt...

Hapeku bergetar. Bunyinya membuat perutku mulas.

"Selamat malam -- Ohh begitu ya -- Tidak masalah -- Aku juga sudah bicara sama kakek, dan beliau setuju untuk membangun resort di daerah Kuta."

Aku beranjak sambil mempersilahkan wanita itu untuk duduk.

"Iya, pak. Rencananya memang seperti itu. Tadinya aku sama kakek mau ke Singapura, tapi kakek lebih suka di Bali. Banyak cewek seksinya."

Aku mengambil segelas air dan meminumnya. Lalu aku kembali lagi ke meja ruang tengah, dan mengambil beberapa dokumen.

"Maaf ya pak, aku sambil membereskan dokumen. Yaa begitulah. Sepertinya kuliahku harus tertunda -- Surat kepemilikkan saham GE Company dan beberapa milik Kakek Rudolf."

Aku meletakkan semua dokumen itu di dalam brankas. Brankas yang sama dimana Om Rama menyimpan emas batangan dan surat berharga miliknya.

"Betul sekali, pak. Kakek juga bilang, kalau GE Company akan pindah gedung. Iya pak --- gedung yang sekarang terlalu kecil dan sempit."

Aku memutuskan telepon itu. Soalnya Om Panda sudah mulai bingung dengan apa yang kukatakan barusan. Semoga saja dia tidak sampai harus masuk rumah sakit.

Wanita itu bangkit dengan wajah angkuhnya. Dia pun berjalan menuju lift sambil memainkan hapenya.

"Tante sudah mau pulang?"

Dia tak menjawab pertanyaanku.

"Om Rama pernah bilang kalau dia akan membelikanku helikopter. Tapi --- gimana dia bisa membelikannya, kalau perusahaannya aja akan bangkrut."

"Tahu darimana kamu?!"

"Malahan, aku yang akan memberikan hadiah helikopter untuk Om Rama --"

"Errnngg --" dia menggeram seperti anjingnya Gilbert.

"Tante tahu gak, kalau Om Rama bisa empat kali ngentotin aku dalam semalam.."

Mata wanita itu makin memelotot. Mungkin sebentar lagi asap akan keluar dari ubun-ubunnya.

"Malahan, semalam kami habis ngentot di balkon." aku menutup layar laptopku. Kusingkap kaosku dan kuperlihatkan tanda cinta yang ditinggalkan Om Rama di leher dan dadaku. "Mungkin aku ini cuma anak miskin dan yatim piatu. Tapi tante jangan lupa, sekarang aku pemilik GE Company. Perusahaan yang bisa saja menyelamatkan Lee Company dari kehancurannya."

Ting...!

Pintu lift membuka. Om Rama keluar dengan wajah kusut sekali.

"Jenny?!! Apa yang sedang ---" Om Rama pun menarik wanita itu ke dalam lift.

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang