Aku cium pipi Felix sebagai tanda ucapan terima kasihku, karena dia sudah mengajakku jalan, makan di restoran, juga membelikanku cokelat dan es krim.
Namun, saat aku mau turun dari mobilnya, dia malah menarik tanganku. Kami berciuman lamaaa sekali. Sampai-sampai bibir kami basah dan becek.
"Felix ---" Aku jauhkan wajahku.
"Kenapa, Odie?"
Aku tidak mungkin kan bilang kalau celana dalamku sudah licin dan gak nyaman, gara-gara precumku yang keluar sudah banyak sekali.
"Nanti malam, kita teleponan lagi?"
Felix menarik daguku. Aku dan dia kembali berciuman. Sekarang Felix lebih nakal lagi. Sambil mencium bibirku, dia menyusupkan tangannya ke dalam sweaterku. Meremas-remas dadaku yang datar.
Tok-Tok.
Aku sama Felix sama-sama menoleh ke arah jendela di sisi Felix.
"Siapa dia?"
"Dia itu Om Robin, Felix. Pengawalku yang baru."
"Owhhh ---"
Kumajukan wajahku, lalu kucium leher Felix yang wangi sebelum akhirnya aku turun dari mobilnya.
"Bye, Felix."
"Bye, Odie."
Menemani Felix nge-gym ternyata gak membosankan. Apalagi waktu dia habis selesai latihan. Dengan tubuhnya yang banjir keringat, dia memelukku di ruang ganti!
Rasanya itu... hmmm... bikin aku pusing tujuh keliling.
"Den Odie kenapa senyum-senyum sendiri?"
"Meskipun aku bukan selebgram kayak Gilbert, tapi aku bisa dapat cokelat dan es krim loh, om."
"Den Odie kan uangnya banyak. Jadi bisa beli sendiri.."
"Hhiihh, Om Robin sok tahu nih!"
"Loh, emangnya itu darimana?"
"Dari seseorang yang sangat spesial."
"Pasti temannya yang tadi itu, ya?"
Lalu aku berbisik sama Om Robin. "Felix itu wangi dan dadanya gak begitu nonjol kayak Om Gerald."
"Memangnya Den Odie tidak suka pria yang berbadan kekar ya?"
"Bukan gak suka, Om Robin. Tapi, si montok itu lawannya juga harus yang montok. Nahh, berhubung dada dan perutku rata, maka aku juga sukanya sama yang biasa aja."
"Lain kali kalau mau pergi tolong bilang dulu ya, den. Soalnya saya takut kena omel Tuan Kakek..."
"Om Robin lagi sibuk gak?"
"Den Odie kok baru pulang? Darimana saja...?" Si mbok menyambutku.
"Habis have fun, mbok." sahutku. "Ini, aku bawain es krim sama cokelat."
"Banyak sekali, den.."
"Gak apa-apa, mbok. Aku tahu, kalau tahun baru itu masih lama."
Om Robin menemaniku menuju kamar. Padahal banyak kamar tidur di lantai bawah. Tapi, kenapa kakek memberikanku kamar di lantai dua ya...?
"Sibuk gak, om?"
"Saya tadi sudah bilang sama tuan kakek, kalau hari ini akan pulang jam lima, den."
"Yahh ---"
"Memang kenapa, Den Odie?"
"Aku mau minta tolong anterin..."
"Kemana, den?"

KAMU SEDANG MEMBACA
CLOUDY 2
Teen FictionOm Gerald sama Om Rama sekarang musuhan. Jika Om Rama memiliki Lee Company, maka Om Gerald pun memiliki GE Company sebagai tandingannya. Lama kelamaan, tingkah mereka semakin kayak anak kecil dan membuat kepalaku hampir pecah. Bagaimana kalau misaln...