8

822 89 2
                                    

Aku sama sekali tidak berani pamitan apalagi melihat ke kamarnya Om Rama. Soalnya aku takut dengan kedua orang tua Om Rama yang wajahnya galak dan judes itu.

Dari awal juga mereka sudah menganggapku enggak ada. Bahkan mereka dan kakek sampai ribut, itu semua karena aku.

Aku ikut keluar dengan Kak Nino dan Om Panda. Kebetulan sekali, jatah semingguku tinggal dengan Om Rama sudah habis. Jadi, aku akan pergi dulu sebelum kembali ke rumahnya Om Gerald.

Aku pura-puranya hanya mengantarkan teman-temanku pulang sampai ke gerbang depan. Tapi sebelumnya, aku sudah menyembunyikan tas ranselku di pos satpam yang belum ada penghuninya itu.

Begitu mereka semua pergi, aku pun mengambil tasku dan melihat sekali lagi ke arah rumah besar itu.

Semoga Om Rama kali ini bisa bahagia dengan wanita pilihan orang tuanya itu.

Aku berjalan sampai agak jauh, baru kupesan grab. Sekali lagi, aku gak mau sampai bertemu dengan kedua orang tuanya Om Rama.

Tinnn...!

BMW putih berhenti persis di depanku. Padahal sesuai aplikasi, seharusnya mobil yang datang menjemputku itu adalah mobil xenia. Dan lagi posisinya juga masih agak lumayan jauh.

Seseorang turun dari dalamnya. Dan betapa bodohnya aku, sampai lupa dengan mobil temanku sendiri. Padahal baru beberapa menit aja mobil itu keluar dari halaman rumahnya Om Rama.

"Kamu kok disini?"

"Aku lagi nunggu grab. Sebelum ke rumah Om Gerald, aku mau jalan-jalan dulu."

"Bukannya tadi pas Gilbert sama Nino ngajakkin, kamu bilang masih ngantuk?"

"Felix sendiri kok masih disini?"

"Iya, tadi aku habis isi bensin. Terus puter balik, ehh ngeliat kamu."

Dia duduk menemaniku di halte. Aku bingung sekali dengan kehidupanku. Apa yang harus kulakukan sekarang? Sedangkan aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi?

"Gimana kalo kita jalan-jalan?"

"Kamu pulang aja, istirahat."

"Udahh, ayo ikut aja."

"Tapi, Felix..."

"Tenang aja. Aku bukan orang kayak Vinz kok."

"Kak Vinz gak punya mobil bagus kayak kamu, Felix."

Aku naik ke mobilnya Felix. Karena posisinya grab yang masih jauh dan gak bergerak, jadi kubatalkan saja pesanannku itu.

"Apa kamu mau menemaniku cari kosan di dekat kampus?"

"Boleh. Tapi --- kayaknya masih pagi juga."

"Kamu sudah sarapan? Perutku laper, karena semalam aku terlalu banyak minum fanta."

"Hmmm, apa ya...? Paling, kalo gak KFC ya McD. Gimana?"

"Aku biasanya kalau makan KFC sampai satu keranjang sama kentang dan burgernya. Tapi ---"

"Tapi kenapa?"

"Aku masih aja gak punya bulu kaki dan dada."

"Hhaahaa, itu sih gak ada hubungannya, Ody.."

Mobil Felix berbelok memasuki halaman gerai KFC yang buka 24 jam itu. Aku memesan sekeranjang ayam hot crispy, kentang goreng, mocca float, dan juga burger.

Aku gunakan kartu kreditnya kakek pengusaha untuk bayar. Tapi Felix melarangku, karena dia yang akan membayari semua makananku.

"Apa sih, kok jadi sedih gitu?"

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang